Sabtu 14 Apr 2018 18:43 WIB

Tuhan dan Mike Oliver

Kontroversi penalti Madrid bergema dari Bernabeu, sosial media, hingga warung kopi

Abdullah Sammy
Foto: Republika/Daan Yahya
Abdullah Sammy

Sekarang saya akan memberi analisis yang berdasarkan subjektivitas. 

 

Lho, kok subjektif? Memang subjektif, karena sifatnya adalah interpretasi akan sebuah peristiwa. Semua interpretasi adalah subjektif.

 

Dalam teori ilmu pengetahuan, subjektivitas adalah hal yang terukur di alam pikiran atau persepsi. Sedangkan objektivitas adalah sesuatu yang konkret dan bebas nilai dari subjek.

 

Pada konteks perdebatan laga Madrid versus Juventus,  kita bisa mengupasnya terlebih dahulu lewat sisi objektivitasnya. Layaknya sebuah peristiwa sejarah yang telah lalu, laga Real Madrid versus Juventus meninggalkan sejumlah data konkret dan bebas nilai. Gabungan dari data-data itu yang dirangkai menjadi fakta sejarah.

 

Jadi dalam kasus pelanggaran terhadap Vazquez oleh Benatia, faktanya bisa kita saksikan semua lewat tayangan ulang video dari berbagai sudut pandang. 

 

Okay, mari kita merunut satu per satu data objektif dalam peristiwa tersebut.

 

Data itu adalah Vazquez terjatuh dan Benatia yang terlibat kontak fisik dengannya. Objektivitas lain adalah posisi Vazquez yang terbuka di depan gawang. Sedangkan posisi Benatia berada sekitar satu meter di belakang Vazquez. Posisi bola beberapa sentimeter melayang di sekitar pinggang menuju dada Vazquez. 

 

Fakta lain juga tertuang dalam statuta FIFA terkait aturan pertandingan yang membahas pelanggaran dan disiplin prilaku.

 

Dalam statuta FIFA halaman 34 tertuang jelas bahwa: "Tendangan penalti diberikan jika salah satu dari sepuluh pelanggaran; (menendang, menjegal, menyerang, menabrak, melompati, mendorong, menekel, meludah, memegang bola, dan menarik lawan) dilakukan oleh seorang pemain di dalam area penalti sendiri, terlepas dari posisi bola, asalkan itu dalam arena permainan." 

 

Sekarang mari kita rangkai data peristiwa dengan fakta statuta tentang hukuman penalti Madrid. Melihat dari dari data peristiwa, ada data objektif tentang kontak fisik berupa dorongan tangan yang membuat Vazquez terjatuh. Dari posisi ini, kita bisa menganggap bahwa jelas terjadi penalti bagi Madrid. 

 

Ini seperti diyakini banyak pengamat dan eks wasit Inggris Graham Poll. Jadi bila mengacu secara letterlijk, penalti itu sudah sesuai dengan aturan baku yang berlaku dalam hukum sepak bola.

 

Tapi statuta juga menggarisbawahi interpertasi wasit akan 10 kategori pelanggaran yang terjadi di area penalti. Karena itu, bagi sebagian pengamat dan eks wasit lain, seperti Eduardo Iturralde, ada kadar lain yang menentukan apakah dorongan Benatia layak diganjar penalti atau tidak. 

 

Baginya tak semua kontak fisik berarti penalti. Bagi Iturralde, dorongan Benatia itu tak cukup kuat untuk dihukum penalti. Posisi terjatuh Vazquez yang relatif masih di lokasi terjadinya kontak membuktikan bahwa dorongan yang terjadi adalah dorongan kecil. 

 

Ini layaknya eksperimen dalam fisika di mana momentum dan kecepatan yang besar akan menghasilkan daya dorong yang besar pada benda yang diam.

 

Standar soal pelanggaran inilah yang jadi perdebatan. Apakah soft atau clear penalty

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement