Sabtu 14 Apr 2018 18:43 WIB

Tuhan dan Mike Oliver

Kontroversi penalti Madrid bergema dari Bernabeu, sosial media, hingga warung kopi

Abdullah Sammy
Foto:

Tapi ada pula yang punya jalan tengah. Ini seperti Mauricio Pochettino. Baginya peristiwa itu bisa saja atau tidak menjadi sebuah pelanggaran. Alasannya soal kuat tidaknya dorongan, bola yang belum seratus persen di posisi tembak, serta tensi dalam laga. 

 

Banyak yang menilai, wasit mesti agak hati-hati bila akan memberi penalti pada menit ke-90. Kadang peristiwa yang terlihat 50:50 sebagai pelanggaran, tidak digubris wasit bila pertandingan memasuki menit akhir dan tensi tinggi. Definisi 50:50 adalah adanya kontak fisik di saat kontak terhadap bola.

 

Ini seperti saat kejadian pada leg pertama dalam laga yang masih sama Juventus versus Madrid. Saat itu Cuadrado yang sudah bebas berdiri sendiri di depan gawang, ditekel oleh bek Madrid. Tekel yang mengenai kaki Cuadrado itu tak diganjar penalti oleh wasit Cuneyt Cakir. 

 

Memang Cakir dan Oliver berbeda. Dan itu membuktikan ada standar masing-masing wasit pun berbeda untuk menentukan penalti. Komparasi peristiwa ini membuat apa yang disampaikan Pochettino jadi masuk akal bahwa peristiwa itu 50:50.

 

Bisa tidak atau menjadi penalti tergantung subjektivitas pengadil. Jadi bukan hal yang seratus persen mutlak.

 

Peristiwa soal Vazquez dan Cuadrado juga menghasilkan sebuah sintesis bahwa tak semua tekel dan dorongan bisa diganjar penalti. Jadi wasit punya standar masing-masing yang berbeda untuk menentukan seberapa kuat dorongan atau tekel yang berbuah penalti. 

 

Dan dalam kasus Juventus versus Madrid, wasit yang berbeda punya keputusan berbeda. Tidak penalti untuk Juventus pada menit ke-93 leg pertama dan penalti untuk Real Madrid pada menit ke-93 leg kedua. 

 

Tapi tetap saja, kasus Cuadrado dan Vazquez tak bisa dikomparasi sebagai alasan untuk membenar dan menyalahkan kedua peristiwa tersebut satu sama lain. Sebab wasitnya berbeda. Ini membuktikan subjektivitas yang berbeda pula.  

 

Jadi begitulah sepak bola. Yang objektif tetaplah hasil akhir selama 90 menit di atas lapangan. Sedangkan interpretasi dari hasil akhirnya tetap menjadi subjektivitas masing-masing pencinta sepak bola.  

 

Segala subjektivitas ini semakin membuktikan bahwa Tuhan bukan pendukung timnas Bulgaria, pendukung Juventus, atau Real Madrid. Tuhan adalah milik semua. Sedangkan wasit Mike Oliver adalah milik.......Lucy Oliver, istrinya.

 

*Redaktur sepak bola Republika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement