REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terdakwa kasus korupsi KTP-el Setya Novanto (Setnov) jugalah manusia biasa yang memiliki hati dan air mata. Dalam agenda sidang pleidoi di Pengadilan Tipikor (Tindak Pidana Korupsi) Jakarta Pusat, usai membacakan pleidoinya, Setnov terisak membacakan puisinya.
Berikut adalah bait-bait puisi karya Linda Djalil yang dibuat pada 5 April 2018:
"Di Kolong Meja"
Di kolong meja ada debu
yang belum tersapu
karena pembantu sering pura-pura tak tahu
Di kolong meja ada biangnya debu
yang memang sengaja tak disapu
bersembunyi berlama-lama
karena takut dakwaan seru
melintas membebani bahu
Di kolong meja tersimpan cerita
seorang anak manusia menggapai hidup
gigih dari hari ke hari
meraih ilmu dalam keterbatasan
untuk cita-cita kelak yang bukan semu
tanpa lelah dan malu
bersama debu menghirup udara kelabu
Di kolong meja muncul cerita sukses anak manusia
yang semula bersahaja
akhirnya bisa diikuti siapa saja
karena cerdas caranya bekerja
Di kolong meja ada lantai yang mulus tanpa cela
ada pula yang terjal bergelombang
siap menganga
mengadang segala cita-cita
apabila ada kesalahan membahana
kolong meja siap membelah
menerkam tanpa bertanya
bahwa sesungguhnya ada berbagai sosok yang sepatutnya jadi sasaran
Di kolong meja ada pecundang
yang bersembunyi sembari cuci tangan
cuci kaki
cuci muka
cuci warisan kesalahan
Apakah mereka akan senantiasa di sana
dengan mental banci berlumur keringat ketakutan
dan sesekali terbahak melihat teman sebagai korban menjadi tontonan?