REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Indonesia Indicator (I2) -- sebuah perusahaan Intelijen Media dengan menggunakan piranti lunak Artificial Intelligence (AI) – menilai, Pemilihan Gubernur Jawa Timur 2018 sebagai salah satu kontestasi dengan situasi yang sangat dinamis, baik di media online maupun media sosial.
Direktur Komunikasi Indonesia Indicator (I2) Rustika Herlambang mengatakan, head to head antara dua pasangan kandidat yang bertarung dalam ajang pilkada ini, yakni Saifullah Yusuf (Gus Ipul)-Puti Guntur Soekarno dan Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak sangat ketat.
"Keduanya sama-sama kuat, NU, dan masing-masing memiliki bintang untuk generasi milenial yang membuat situasi pilgub terus menggeliat. Ditambah lagi dengan perang survei dengan hasil yang bervariasi," ungkap Rustika dalam rilisnya kepada Republika.co.id, Rabu (11/4).
Menurut dia, ketatnya persaingan ini juga dilihat dari isu-isu terbesar yang menjadi perhatian media. Dukungan kiai atau tokoh agama menjadi salah satu isu terbesar di Jatim, selain perang klaim survei, ungkap Rustika.
Seperti diketahui, dari 5 survei yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan terdapat perbedaan pemenang. Pollmark, Indo Barometer, Charta Politika mengunggulkan Gus Ipul, sementara Poltracking memenangkan Khofifah.
Dari seluruh pemberitaan dua paslon cagub-cawagub Jatim tersebut, pasangan Gus Ipul-Puti unggul dalam pemberitaan di media online dengan 3.207 berita atau mencapai 52 persen. Sedangkan, pemberitaan tentang Khofifah-Emil di media daring mencapai 2.916 atau 48 persen.
"Dalam pemetaan pemberitaan di berbagai daerah terlihat kontestasi yang cukup ketat. Di media online, Saifullah Yusuf masih memimpin sebagai top influencer. Dari sisi sentimen, Syaifullah-Puti mendapat 10 persen sentimen negatif, sementara Khofifah-Emil sebesar 13 persen- diantaranya karena adanya kampanye hitam yang sempat ditujukan,” ujar Rustika.
Media Sosial
Indonesia Indicator juga mencatat tingginya dukungan dan antusiasme netizen pada Pilgub Jatim 2018. Kompetisi antara kedua pasangan di medsos twitter cukup menarik perhatian netizen, meski kali ini jumlah percakapannya tidak lagi head-to head. Menurut Rustika, dari sisi percakapan, Khofifah-Emil mendominasi sebesar 76 persen percakapan dibandingkan Saifullah-Puti 24 persen dalam sebulan terakhir.
Namun, kata dia, apabila dibandingkan dengan jumlah akun yang merespons masing-masing paslon, maka Saifullah-Puti lebih banyak akun yang mempercakapkannya, yakni sebanyak 2.149 akun manusia. Sementara, Khofifah-Emil 1.767 akun twitter. Ini artinya, masing-masing akun memiliki rata-rata jumlah cuitan tentang Khofifah lebih banyak. Contoh di bulan April, rata-rata netizen memention Khofifah-Emil sebesar 8 tweet, sementara pada Saifullah-Puti hanya 2 tweet.
Indonesia Indicator pun mencatat, terdapat sebanyak 50.905 percakapan di Twitter yang ditujukan pada Khofifah sepanjang sebulan terakhir. Sebanyak 63 persen akun manusia (1.767) dan 36,4 persen akun mesin (1.012). Sentimen negatif sebanyak 5,5 persen, positif 49,6 persen dan netral 44,9 persen.
Sementara itu, terdapat sebanyak 15.907 percakapan di Twitter yang ditujukan pada Saifullah-Puti sepanjang sebulan terakhir. Sebanyak 72,9 persen akun manusia (2.149) dan 27,1 persen akun mesin (797). Sentimen negatif sebanyak 3,8 persen, positif 66,2 persen dan netral 30 persen.
Sisi lain yang menarik, kata Rustika, Saifullah-Puti lebih banyak dibicarakan kaum pria 53,4 persen, sementara Khofifah-Emil lebih banyak dibicarakan kaum perempuan sebanyak 53,4 persen.
Generasi milenial yang menjadi sasaran kedua paslon tampaknya masih belum berhasil diraih di Twitter. Kedua kandidat, kata Rustika, lebih banyak dipercakapkan oleh netizen yang berusia di atas 35 tahun. Khofifah-Emil direspons sebanyak 65,8 persen usia di atas 35, sementara Saifullah-Puti sebanyak 60,3 persen.
Menurut Rustika, karakter Jatim mengedepankan kampanye yang lebih positif dan santun dan fokus pada kelompoknya sendiri terlihat dalam jejaring percakapan di Facebook.
Di Facebook, tidak terdapat adanya ujaran kebencian yang masif. Masing-masing paslon punya kedekatan dengan ulama atau agama. Di FB, postingan dan komentar Khofifah-Emil mencapai 4.017 relasi percakapan atau lebih banyak dibandingkan Saifulah-Puti yang hanya 2.113 relasi percakapan.
Meskipun sempat ada isu mengenai teror pembunuhan yang ditujukan pada Khofifah, namun isu itu tenggelam dibandingkan dengan kegairahan para netizen dalam harapan dan percakapan yang positif terhadap pilgub Jatim.
"Terdapat dua kelompok besar yang masing-masing fokus pada salah satu pendukung. Ada kelompok tengah yang rata-rata dijembatani oleh akun media. Pembahasan mengarah kepada dukungan untuk masing-masing paslon tanpa menunjukkan ketidaksukaan pada paslon lawan," tutur Rustika.
Indonesia Indicator juga mencatat, tidak ada penyerangan antarpendukung paslon melalui media sosial. "Di satu sisi, hal ini menarik karena mampu menurunkan tegangan antarpaslon yang mungkin terjadi. Namun demikian, kedua paslon seolah hanya berkampanye hanya untuk kelompoknya sendiri, dan PR-nya adalah bagaimana mereka harus mampu memengaruhi kelompok silent majority atau yang belum menentukan pilihan," ungkap Rustika.