REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertemuan antara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mencairkan kebekuan politik. Keduanya bertemu tanpa publikasi media di sebuah restoran di Jakarta, beberapa hari lalu.
Pengamat Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno mengatakan poin terpenting dalam pertemuan keduanya adalah gambaran akan adanya pelunakan konfrontasi antara oposisi dengan pemerintah. "Luhut diketahui sebagai pihak di perahu pemerintah, sementara Prabowo di oposisi," kata Adi ketika dihubungi Republika, Ahad (8/4).
Adi mengatakan Luhut memang menyatakan pertemuan tersebut sebagai komunikasi antarteman lama. Kendati demikian, dia menyatakan, pertemuan itu tidak bisa dihindari mengandung basa-basi politik alias ada pembicaraan terkait isu politik.
Belakangan, Adi menuturkan, hubungan antara pemerintahan Jokowi dan Prabowo selaku oposisi sedang tegang. Terutama setelah Prabowo melontarkan kritikan terkait sejumlah pencapaian pemerintah.
Adi mengatakan kritik-kritik dari Prabowo ini membuat hubungan pemerintah dan oposisi semakin tidak baik. Di tengah kegaduhan ini, Adi menilai, pertemuan Luhut dengan Prabowo bisa membuktikan bahwa perbedaan pendapat adalah hal biasa.
"Kritikan tidak harus menutup pintu komunikasi dua belah pihak. Persaingan dan tensi itu merupakan normal," ujar direktur eksekutif Parameter Politik Indonesia ini.
Adi berharap, setelah pertemuan itu, hubungan pemerintah dan oposisi bisa membaik. Dia mengatakan perbedaan pandangan sudah sepatutnya dianggap sebagai momentum politik yang wajar dan tidak disikapi terlalu tegang.
Akan tetapi, Adi menyatakan, ada kemungkinan dalam pertemuan Luhut dengan Prabowo juga membicarakan tentang koalisi. Termasuk kemungkinan Luhut mengajak Prabowo untuk bergabung dengan koalisi Jokowi atau mendorong Prabowo untuk berkontestasi pada Pilpres 2019.
“Persisnya apa yang mereka sampaikan tentu hanya mereka berdua yang tahu," ucapnya.
Prabowo dan Luhut diam-diam bertemu di salah satu restoran di Jakarta, Jumat (6/4). Saat ditanya maksud dan tujuan pertemuan, Luhut hanya menggambarkannya sebagai komunikasi biasa antara dua teman lama.