REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Badan SAR Kendari, Sulawesi Tenggara menyatakan menghentikan pencaharian salah seorang korban Satta atau Asdar (30) yang terbawa arus akibat longsor terjadi di Kolaka Utara sejak 30 Maret lalu. Humas Basarnas Kendari, Wahyudi, di Kendari, Jumat (6/4), mengatakan pada pukul 10.30 WITA tim rescue pos SAR Kolaka bersama unsur yang terlibat menghentikan operasi pencarian hari ketujuh terhadap satu orang hilang atas nama Asdar.
"Tujuh hari melakukan pencarian Asdar, warga Desa Batuganda, Kabupaten Kolaka Utara akibat tertimbun longsor dengan hasil nihil, sehubungan dengan tidak adanya tanda-tanda ditemukan korban maka operasi SAR dinyatakan selesai dan ditutup," katanya lagi.
Sebelumnya, pada Sabtu (30/3), pihak Basarnas menerima info pada pukul 13.00 WITA dari Hardi Kepala BPBD Kolaka Utara bahwa pada pukul 11.50 WITA terdapat warga Desa Batuganda, Kolaka Utara menjadi korban terbawa arus akibat longsor.
"Satta atau Asdar warga Desa Batuganda itu terbawa arus akibat longsoran yang menghantam rumah korban dan menyeret rumahnya hingga masuk ke sungai. Tidak hanya Satta yang menjadi korban, tetapi juga anak korban bernama Putra (10) ikut terseret ke sungai. Anak korban ini sudah ditemukan oleh warga dan sekarang sedang dirawat di RSUD Jafar Harun Kolaka Utara," katanya lagi.
Kepala Basarnas Kendari Djunaedi, sejak Rabu (4/4), memimpin pencarian korban atas nama Satta (30) yang terbawa arus akibat longsor di Kolaka Utara.
Operasi SAR gabungan pada hari kelima dibagi menjadi tiga regu yakni regu 1 di lokasi awal tempat kejadian musibah untuk membersihkan material longsor.
"Regu 2 melakukan penyisiran sepanjang Sungai Watuganda dan regu 3 melakukan penyisiran di muara sungai, tim juga mendapat bantuan satu unit ekskavator dari Dinas PU Kolaka Utara untuk menggali beberapa titik yang diperkirakan ada korban tertimbun. Tetapi hasil pencarian dengan berbagai bantuan itu masih nihil," katanya.
Dia mengatakan, kendala di lapangan yakni kondisi cuaca yang tidak menentu dengan sedikit gerimis serta akses menuju lokasi yang tidak bisa ditembus dengan kendaraan roda empat maupun roda dua.
"Tim harus berjalan kaki sepanjang tiga kilometer dengan kondisi jalan yang licin dan curam," kata dia pula.