REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan audiensi dengan sejumlah budayawan yang hadir di halaman Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (6/4) sore. Salah satu yang dikeluhkan oleh budayawan yakni kurangnya perhatian pemerintah dalam memasukkan unsur kebudayaan ke dalam program pembangunan dan revolusi mental.
"Saya ingin menganjurkan supaya usaha untuk memasukkan unsur-unsur kebudayan di dalam pembangunan tidak lagi verbal, tapi secara tidak langsung seperti ini. Saya kira ditambah, jangan dikurangi. Ditambah biayanya bagus sekali," ujar budayawan Putu Wijaya.
Menurut Putu, para budayawan pun siap menjalankan program kebudayaan yang dilakukan oleh pemerintah. Menanggapi keluhan itu, Presiden Jokowi menyebut revolusi mental bukan hanya merupakan jargon pemerintah, namun juga dipraktikkan secara langsung agar dapat menjadi contoh.
"Saya kira kayak masa lalu yang perlu diteriakan terus atau perlu iklankan terus. Saya kira bukan itu, saya kira contoh lebih baik dari pada kita teriak. Memberikan contoh adalah lebih baik dari pada berteriak," ujar Jokowi.
Revolusi mental, kata dia, dapat dilakukan dengan memberikan contoh bekerja yang baik, menunjukan etos kerja yang baik, dll. Lebih lanjut, Jokowi mengatakan, kebudayaan juga menjadi fondasi yang dapat menentukan mampu atau tidaknya bangsa Indonesia berkompetisi dengan negara lain.
"Baik yang berkaitan dengan nilai budaya baik yang berkaitan dengan nilai-nilai karakter yang kita miliki, nilai-nilai budi pekerti yang kita miliki kemudian juga berkaitan dengan etos kerja, yang berkaitan dengan produktivitas, berkaitan integritas," kata Jokowi