Jumat 06 Apr 2018 16:55 WIB

Tokoh Perubahan Republika 2017: Ustaz Abdul Somad

Dakwah adalah ajang menyambung simpul-simpul pemersatu bangsa Indonesia.

Ustaz Abdul Somad berceramah Masjid Salman ITB, Kota Bandung, Ahad (1/4).
Foto:
Ustaz Abdul Somad saat menyampaikan tausiyah di Masjid Al Muhajirin, Pondok Kopi, Jakarta, Ahad (25/2).

Tokoh sekaliber Wakil Presiden Jusuf Kalla, misalnya, menyempatkan diri untuk hadir pada suatu kajian dhuha bersama Ustaz Abdul Somad di Masjid Sunda Kelapa, Jakarta Pusat. Dalam kesempatan itu, dia menilai cara dakwah dosen UIN Suska Riau tersebut meneduhkan dan sarat referensi keilmuan. “Itu yang membedakan (Ustaz Abdul Somad) dengan ustaz lainnya,” demikian puji JK (Republika, 4 Februari 2018).

Banyak dari ceramah Ustaz Abdul Somad yang mengulas berbagai macam persoalan agama. Bahkan, bukan itu saja, ceramah Ustaz Abdul Somad juga banyak yang membahas mengenai masalah-masalah terkini, nasionalisme, dan berbagai masalah yang sedang menjadi pembahasan hangat di kalangan masyarakat.

Banyak orang menilai, salah satu kelebihan Ustaz Abdul Somad terletak pada keluasan ilmunya. Tiap ditanya mengenai berbagai hal, ia bisa menguraikan jawaban dengan mengutip pendapat dan fatwa berbagai imam/mazhab dan sumber berbagai kitab. Ia membuka wawasan umat dan memberikan jawaban yang mencerahkan sekaligus menenangkan bagi umat. Misalnya soal poligami, wiridan setelah shalat, celana cingkrang, janggut, imam menghadap makmum setelah shalat, membaca shalawat, dan memperingati Maulid Nabi SAW.

Meskipun demikian, dalam hal-hal tertentu yang sifatnya prinsip, Ustaz Abdul Somad adalah dai yang tegas. Misalnya soal waris, pacaran, hukum pernikahan orang yang “kecelakaan”, ataupun hukum orang kafir yang berkunjung ke masjid. Dengan luasnya cakupan keilmuan dalam bidang agama dan sejarah nusantara, Ustaz Abdul Somad menjadi salah seorang dai yang masyhur di Indonesia atau ranah Melayu umumnya.

Namun, bagaimana posisi dakwahnya di tengah masyarakat saat ini? Dalam konteks terkini, dunia maya berpengaruh cukup kuat untuk membentuk opini publik. Ajang pemilihan presiden RI pada 2014 atau kasus penodaan agama bekas gubernur DKI Jakarta pada 2016 silam, misalnya, menyisakan friksi yang dapat mengancam wacana persatuan bangsa Indonesia. Pada akhirnya, muncul para pengejek di media sosial yang ingin membungkam suara para dai.

Ustaz Abdul Somad juga sempat merasakan efek dari media sosial. Pada awal Februari 2018 lalu, akun Instagram Ustaz Abdul Somad sempat diblokir pihak-pihak tertentu yang melaporkannya. Meskipun pada sore harinya akun tersebut kembali pulih, sampai sekarang belum diketahui dengan pasti siapa pelapor itu dan apa motif-motifnya.

Pemblokiran ini pun hanya satu riak di antara gelombang yang pernah dilaluinya. Sebagai contoh, pada 2017 lalu saat akan berceramah di Bali, Ustaz Abdul Somad pernah diintimidasi kelompok-kelompok tertentu yang mengaku pembela nasionalisme.

Sebelumnya, dia sempat pula dicegah masuk ke Hong Kong, meskipun tujuannya tidak lebih daripada menghadiri undangan dakwah. Demikian risiko berdakwah di tengah riuhnya perpecahan masyarakat, baik yang tecermin di media sosial maupun dunia nyata.

Bagaimanapun, Ustaz Abdul Somad dengan tegas meneguhkan prinsip dan membuktikan Islam rahmatan lil ‘alamin. Islam yang merengkuh perbedaan-perbedaan dan hadir sebagai penyejuk bagi seluruh masyarakat. Hal ini merupakan prinsip yang terpatri di dalam dirinya sejak dini.

“Pernah suatu ketika, saya tanya ibu saya, 'Bagaimana, Mak?' Kata ibu saya, 'Hidup-mati kau di sini (Indonesia)'. Ini sudah takdir saya. Diusir, dicekal, sekarang Instagram di-banned. Entah apa-apa lagi di masa yang akan datang. Saya terima. Itu risiko sebuah pilihan,” kata Ustaz Abdul Somad (Republika, 25 Februari 2018).

Dia pun menghindari kecenderungan politis. Memang, selama ini politik kerap menjadi alasan bangsa Indonesia terpecah belah, alih-alih bersatu demi memperjuangkan ideologi yang luhur bagi semua. Walau digadang-gadang masuk ke dalam bursa pemilihan presiden dan wakil presiden 2019, Ustaz Abdul Somad bergeming.

Baginya, dakwah adalah ajang untuk menyambung simpul-simpul pemersatu bangsa Indonesia, termasuk umat Islam. “Saya berdakwah tidak ada kepentingan. Murni amar makruf nahi mungkar. Saya bukan orang partai. Tidak ingin menjadi caleg (calon legislatif) dan lain-lain,” ujar Ustaz Abdul Somad menegaskan.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement