Kamis 05 Apr 2018 00:57 WIB

Buton, Sejarah yang Hilang

Hingga saat ini belum ada sejarah Buton yang masuk dalam sejarah Nasional

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Esthi Maharani
Kawasan Muslim di Buton peninggalan KH Abdul SYukur Gu
Kawasan Muslim di Buton peninggalan KH Abdul SYukur Gu

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Buton adalah nama sebuah pulau yang terletak di Sulawesi Tenggara. Pulau ini seakan hilang dari catatan sejarah. Bahkan, hingga saat ini belum ada nama pahlawan nasional yang berasal dari Buton. Padahal Buton punya peran serta kontribusi dalam sejarak terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Prof. Dr. Susanto Zuhdi beberapa tahun belakangan ini konsen meneliti tentang sejarah Buton. Luputnya sejarah Buton dimaknai Susanto sebagai suatu kecenderungan bangsa Indonesia, yang mana Bangsa Indonesia selama ini kurang bisa melihat potensi dan menentukan arah ke depan.

"Kalau saya kutip omongan Prof Lapian, Indonesia itu ibarat lautan yang dibumbui pulau-pulau. Artinya apa? Seharusnya bangsa Indonesia ini digerakkan oleh kemaritiman. Kan baru saat ini pak Jokowi gencar benahi kemaritiman kita. Seharusnya dari dulu," kata Prof Susanto di kampus UI Depok, Rabu (4/4).

Susanto juga menulis pemikiran dan penelitiannya tentang Buton dalam buku Sejarah Buton yang Terabaikan: Labu Rope Labu Wana. Dia mengatakan, buku tersebut sekaligus menepis anggapan bahwa setiap kerajaan yang pernah bekerja sama dengan VOC atau Hindia Belanda dicap sebagai 'pengkhianat' merupakan hal yang keliru.

Buku yang bercerita tentang sejarah Buton pada abad XVII-XVIII, yang memperlihatkan dinamika Buton dalam menghadapi kekuatan-kekuatan seperti Gowa, Ternate, dan VOC atau Hindia Belanda.

"Kalau melihat sejarah, apabila orang berbicara mengenai bagian Timur Indonesia pasti orang hanya mengetahui Kerajaan Gowa, Ternate, Tidore. Hingga saat ini belum ada sejarah Buton yang masuk dalam sejarah Nasional," kata Susanto.

Susanto mengungkapkan, saat ini saja, orang-orang Buton terkenal sangat 'low profile' dan mudah beradaptasi dengan tempat yang ditempatinya. Kemampuan tersebut menurut dia, tentunya tidak akan lepas dari nenek moyangnya terdahulu, yang juga mampu menentukan arah.

"Letak pulau Buton yang strategis itu menjadikan orang-orangnya bisa menentukan 'arah angin', dengan siapa dia akan bekerja sama, mana teman bahkan lawan," kata dia.

Namun sayang, sejarah-sejarah tentang Buton tersebut seolah tak pernah disentuh para sejarawan. Karena itu, dia berharap dengan buku yang ditulisnya tersebut bisa mengubah paradigma masyarakat tentang sejarah Buton dan perannya terhadap Bangsa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement