Senin 02 Apr 2018 13:45 WIB

Perawat Ungkap Bimanesh Minta Infus Cukup Ditempel ke Setnov

Dua perawat hari ini menjadi saksi untuk terdakwa dokter Bimanesh Sutarjo.

Terdakwa kasus merintangi penyidikan kasus KTP elektronik Bimanesh Sutarjo bersiap mengikuti sidang lanjutan di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Senin (26/3).
Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Terdakwa kasus merintangi penyidikan kasus KTP elektronik Bimanesh Sutarjo bersiap mengikuti sidang lanjutan di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Senin (26/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter Bimanesh Sutarjo disebut memerintahkan agar infus untuk Setya Novanto cukup ditempelkan saja. Namun, perawat akhirnya tetap memasukkan jarum infus ke lengan mantan ketua DPR itu, meski ia memberontak. Hal ini terungkap di persidangan terdakwa Bimanesh di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin (2/4).

"Dokter Bimanesh mengatakan ke saya, 'pasang infusnya ditempel saja, ya'. Saya kaget dia mengatakan itu," kata perawat RS Medika Permata Hijau, Indri Astuti, dalam kesaksiannya di persidangan, Senin.

Indri bersaksi untuk dokter RS Medika Permata Hijau dokter Bimanesh Sutarjo yang didakwa bekerja sama dengan advokat Fredrich Yunadi untuk menghindarkan ketua DPR Setya Novanto diperiksa dalam perkara dugaan tindak pidana korupsi KTP elektronik. Selain memasang infus, Indri bersama perawat ruang VIP RS Medika Permata Hijau bernama Nurul juga diminta untuk memberikan perban kepada Setnov, meski hal itu tidak diperlukan.

"Saya nangis karena melakukan tindakan bukan sesuai hati nurani saya. Menurut saya luka tidak perlu diperban, tapi karena permintaan dari pasien itu dan izin dokter Bima harus dipasang, saya mencoba menutupi luka itu dengan perban. Kemudian, setelah memasang perban, saya mau pasang infus di tangan kanan," ungkap Indri.

Beberapa kali Indri terhenti memberikan kesaksian karena harus menyeka air matanya dan terbata-bata menyampaikan kesaksian. "Karena venanya tidak kelihatan di pergelangan tangan, nadinya tidak kelihatan dan saya pukul dengan tiga jari saya, tapi ternyata pasiennya mengangkat tangan dengan mengepal tangannya. Padahal sebelum tindakan, saya selalu minta izin ke pasien," kata Indri menambahkan.

"Maksudnya pasiennya menolak?" tanya hakim.

"Seperti marah, tiba-tiba tangannya mengangkat begini persis di depan tangan saya, saya kaget. Di ruangan ada TV dan nyala terus, ada pemberitaan heboh mengenai kecelakaan. Saya gemetar, apa ini di otak saya. Kemudian, ditambah dengan tangan saya ditolak begitu, jadi dengan keputusan saya sendiri karena pembuluh darahnya tidak kelihatan, saya ambil jarum kuning jarum anak-anak. Supaya saya tusuk sekali dan tidak mengulang-ngulang," cerita Indri.

Indri memang sudah menyiapkan jarum biru No 22 dan jarum kuning No 24 yang tersedia di ruang perawat lantai tiga.

"Karena saya dikagetkan dengan tangannya bapak itu, saya pikir bapak ini marah. Saya membuat tindakan sekali tusuk saya dapat venanya. Alhamdulilah dapat. Lalu injeksi terpasang saya keluar ruangan, dari situ langsung banyak orang yang datang sekitar pukul 20.00, ruangan makin mencekam karena polisi banyak yang datang," kata Indri menceritakan kejadian pada 16 November 2017 itu.

Sedangkan, rekan Indri, Nurul, yang membantu Indri, juga menceritakan hal yang sama.

"Jarum infus ditusuk di sini," kata Nurul sambil menunjuk pembuluh darah vena yang ada di atas pergelangan tangan. "Karena jarum biru tidak dapat, akhirnya pakai yang kuning dan berhasil. Jarum kuning bisa untuk anak kecil, bisa untuk orang dewasa, tergantung venanya," kata perawat Nurul.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement