REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan mengapa cuaca panas dan terik terjadi di beberapa wilayah Indonesia, seperti Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara, beberapa hari ini.
Kepala Bagian Humas BMKG Indonesia Hary Djatmiko mengakui, cuaca panas dan terik melanda Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara beberapa hari ini. Namun, dia melanjutkan, fenomena cuaca panas dan terik merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi.
"Kejadian cuaca panas dan terik lebih sering terjadi pada bulan-bulan transisi/pancaroba dan bulan-bulan puncak musim kemarau," katanya saat dihubungi Republika.co.id, Senin (2/4).
Ia menjelaskan, faktor-faktor yang memengaruhi kondisi tersebut, di antaranya, meliputi gerak semu matahari yang saat ini berada di sekitar khatulistiwa dan gerak menuju ke belahan bumi utara atau sebaliknya, yaitu sekitar 21-22 Maret dan 22-23 September. Saat itu matahari berada tepat diatas khatulistiwa sehingga pancaran sinar matahari dan radiasi matahari yang masuk cukup optimum.
"Hal ini ditandai dengan hasil monitoring suhu udara maksimum berkisar antara 33 37,2 derajat Celsius. Ini masih dalam kisaran normal. Suhu maksimum yang pernah terjadi berdasarkan data klimatologis 30 tahun antara 34-37,5 derajat Celsius," ujarnya.
Faktor lainnya, yaitu mulai tampak adanya aliran massa udara dingin dan relatif cukup lembap yang bergerak dari Australia menuju wilayah Indonesia sebelah selatan khatulistiwa, terutama di sekitar Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara. Kondisi ini, kata dia, ditandai dengan adanya kelembapan udara yang 70-60 persen di ketinggian 3.000 meter dan 5.000 meter dari permukaan.