REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pernyataan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Hashim Djojohadikusumo yang menyatakan, faktor logistik menjadi pertimbangan Ketua Umum Partai Gerindra untuk maju sebagai calon presiden 2019 dinilai cukup masuk akal. Analis Politik Exposit Strategic, Arief Susanto mengatakan hal tersebut tidak lepas dari kemungkinan bahwa Pemilu Presiden mendatang akan lebih kompetitif dan membutuhkan dana kampanye yang luar biasa besar.
"Pada 2014 saja, berdasarkan laporan masing-masing tim, dana kampanye Prabowo-Hatta sebesar Rp 166 miliar dan dana kampanye Jokowi-JK sebesar Rp 312 miliar. Dana tersebut belum termasuk pengeluaran-pengeluaran yang tidak tercatat secara resmi. Salah satu jenis pengeluaran terbesar adalah untuk belanja iklan politik di berbagai media massa, termasuk di televisi sekitar Rp 186 miliar," jelas Arief saat dihubungi Republika, Jumat (30/3).
Menurut Arief, terlepas wilayah Indonesia yang begitu luas, lemahnya komunikasi politik kandidat dengan publik pemilih menjadi persoalan berulang. Tarik menarik kepentingan koalisi Parpol pun menambah persoalan, sehingga pasangan kandidat baru ditentukan beberapa bulan menjelang pemilu.
"Akibatnya, sosialisasi pasangan dalam masa yang sempit menjadi tugas berat dan berbiaya besar," ujar Dosen Komunikasi Politik Universitas Paramadina tersebut.
Selain itu, Arief melanjutkan, masa kampanye yang lebih lama dan berorientasi dialogis, pembatasan donasi politik dan anggaran kampanye dapat menjadi salah satu solusi yang berdampak pada tingkatcompetitiveness. Tim kampanye juga harus lebih cermat dalam pengeluaran dana kampanye yang efektif, sementara para kandidat sendiri harus mengintensifkan komunikasi politik melalui berbagai saluran.