Selasa 27 Mar 2018 21:19 WIB

Kang Emil: Perlu Zonasi IKM di Kawasan Industri

Kluster IKM untuk mengembangkan produk-produk yang dibutuhkan bagi industri besar.

Kandidat Gubernur Jabar Ridwan Kamil saat di Bekasi, Selasa (27/3).
Kandidat Gubernur Jabar Ridwan Kamil saat di Bekasi, Selasa (27/3).

REPUBLIKA.CO.ID,BEKASI--Persoalan zonasi Industri Kecil Menengah (IKM) mengemuka dalam acara dialog Industri  yang diikuti oleh kandidat gubernur Jabar Ridwan Kamil di Bekasi, Selasa, 27/3). Asosiasi IKM mempertanyakan solusi apa yang akan ditawarkan Ridwan Kamil jika dirinya terpilih sebagai Gubernur Jabar 27 Juni mendatang. 

Salah seorang penanya dari asosiasi IKM menyatakan bahwa kita  punya PP No 42 tahun 2015, tentang Kawasan industri dan  Permen No.  5 tahun 2014. Dalam aturan tersebut disebutkan bahwa setiap Kawasan industri wajib menyediakan  dua persen lahan untuk IKM  dari total lahan satu hamparan. "Lahan tersebut sampai sekarang belum ada, apa rencana Pak Ridwan Kamil untuk membenahi IKM,” tanya dia pada acara dialog Industri tersebut dalam rilis. 

Menanggapi hal itu,  Ridwan Kamil mengatakan di negara-negara maju seperti Jepang dan Tiongkok sudah  memiliki kluster IKM untuk mengembangkan produk-produk yang dibutuhkan bagi industri-industri besar.  Jika sampai hari ini zonasi IKM di Jabar belum ada dalam satu Kawasan industry maka solusinya adalah, jika dirinya terpilih sebagai gubernur maka dia akan berdialog dengan para stakeholder Kawasan industry tersebut untuk meminta tersedianya zonasi IKM. 

Selama blusukan ke Kawasan industri, Kang Emil, pernah datang ke beberapa IKM yang memproduksi onderdil otomotif hingga baut-baut untuk kebutuhan mesin-mesin pabrik. Pabrik itu memiliki 30, 50, hingga 70 orang buruh. Namun karena zonasi IKM belum ada, aturan yang diterapkan pada perusahaan ini sama dengan industri besar, padahal skala industrinya masih kecil dan menengah. Hal ini jelas memberatkan para pengusaha IKM.  “Oleh karena itu IKM harus diwujudkan di Kawasan industri atau bikin zona baru IKM. Karena IKM ini juga memberikan sumbangan untuk menciptakan lapangan kerja baru," kata Walikota Bandung yang meraih 310 penghargaan ini.   

Persoalannya berikutnya yang ditemuinya saat blusukan, menurut Kang Emil,  ketika IKM dan Kawasan industry tumbuh, warga sekitar hanya jadi penonton. Orang yang bekerja di pabrik misalnya di Kawasan Karawang, adalah orang di luar Karawang. Orang Karawang sendiri kesulitan untuk bekerja di pabrik tersebut.Untuk itu, agar pembangunan bisa  dirasakan oleh semua lapisan masyarakat  Jawa Barat. Maka,  Master Tata Kota dari  Berkeley University, Amerika Serikat ini,  akan meminta pabrik-pabrik itu membangun sekolah yang akan melatih anak-anak muda itu bisa bekerja di pabrik. 

Memang tidak semua orang ingin bekerja di pabrik. Nah untuk tipe seperti ini, menurut Kang Emil, negara harus memfasilitasi mereka. Konsepnya, adalah one village one product, setiap desa satu perusahaan. Nah desa harus punya produk unggulan dimana pekerjanya adalah orang di desa itu lalu gubernur berperan sebagai marketingnya. 

Selain itu, dia juga harus memastikan bahwa para  buruh  sejahtera. Solusinya tidak harus selalu dengan menaikkan upah terus, tapi dengan cara lain yang menguntungkan para buruh. Antara lain dengan memberikan fasilitas bus gratis ke tempat kerja,  pembelian sembako delivery dengan harga grosir, dan  kesehatan gratis. “Dengan begitu, meski upah tetap, tapi  pengeluaran turun, dana yang selama ini terserap untuk transportasi, dan kesehatan, bisa ditabung, sehingga  kesejahteraan mereka meningkat,” ujar Kang Emil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement