Sabtu 24 Mar 2018 16:35 WIB

Mahfud Punya Bekal Cukup Dampingi Jokowi

Mahfud punya pengalaman di yudikatif, eksekutif, dan legislatif.

Mantan Ketua MK Mahfud MD di Kepatihan Yogyakarta .
Foto: Republika/Neni Ridarineni
Mantan Ketua MK Mahfud MD di Kepatihan Yogyakarta .

REPUBLIKA.CO.ID, PAMEKASAN -- Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD memiliki bekal yang cukup untuk maju sebagai Bakal Calon Wakil Presiden Republik Indonesia mendampingi Joko Widodo pada Pemilu 2019. Selain sudah memiliki pengalaman, Mahfud juga dikenal bersih dan relatif diterima oleh semua golongan.

Mahfud bukan hanya berpengalaman dalam lembaga yudikatif dengan memimpin MK, tetapi juga eksekutif sebagai menteri. “Pengalaman sebagai Menteri Pertahanan saat kepemimpinan KH Abdurrahman Wahid (Gusdur) juga bisa menjadi pertimbangan tersendiri,” Ketua Umum Himpunan Generasi Muda Madura (Higemura) Muhlis Ali di Pamekasan, Sabtu (24/3). 

Menurut tokoh pemuda asal Madura ini, pengalaman lain yang juga menjadi bekal yang cukup bagi Jokowi untuk menggandeng Machfud MD, yakni pengalaman legislatif sebagai anggota DPR RI. Mahfud pernah menjadi anggota DPR dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pada periode 2004-2009.

Selain itu, mantan Ketua DPP Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) ini menyatakan, Machfud juga merupakan tokoh Islam moderat yang pernah memimpin Korp Alumni HMI (Kahmi). "Rasakan akan sangat pas, jika Pak Machfud bisa terjun secara langsung menjadi pendamping Pak Jokowi pada Pilpres 2019 nanti," katanya, menambahkan.

Apalagi, dia menambahkan, pemikiran Mahfud dalam bidang keummatan dan kebangsaan hingga kini masih terus dibutuhkan negara. "Jadi, pengalaman di eksekutif, legislatif dan yudikatif ini saya kira merupakan bekal yang sangat cukup, apalagi didukung oleh popularitas beliau sebagai guru bangsa di negeri ini," ujar Muhlis Ali. 

Muhlis yang juga Ketua Umum Poros Pemuda Indonesia ini menjelaskan, status akademisi sebagai guru besar justru akan lebih melangkapi peran Jokowi ke depan dalam menata negara bangsa menjadi lebih baik. "Memilih pasangan dari unsur akademisi yang telah memiliki banyak pengalaman saya kira lebih baik, karena tidak akan menimbulkan kecemburuan diantara partai koalisi pendukung Jokowi," ujar Muhlis Ali.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement