REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan tidak ada kenaikan aktivitas vulkanik Gunung Ijen di Jawa Timur yang mengkhawatirkan.
"Namun, dengan kejadian penyebaran gas beracun dari Gunung Ijen; masyarakat, pengunjung, wisatawan, pendaki dan penambang dilarang mendekati bibir kawah maupun dasar kawah," kata Sutopo melalui siaran pers diterima di Jakarta, Kamis (22/3).
Sutopo mengatakan tidak boleh ada aktivitas apa pun di sekitar kawah Gunung Ijen sampai ada pemberitahuan lebih lanjut. Akses menuju puncak kawah juga telah ditutup.
Menurut laporan Pos Pengamatan Gunung Ijen Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terjadi gempa embusan satu kali, tremor nonharmonik satu kali, gempa vulkanik dangkal 19 kali, gempa vulkanik dalam dua kali dan gempa tektonik jauh tiga kali.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bondowoso bersama TNI, Polri, satuan kerja perangkat daerah, tim SAR, Taruna Siaga Bencana (Tagana), dan relawan telah mengungsikan warga.
Sebanyak 178 jiwa dari empat dusun; yaitu Margahayu, Krepekan, Watucapil, dan Kebun Jeruk; tel ah mengungsi di tempat aman di Masjid Sempol, rumah warga dan pusat kesehatan masyarakat."Tidak semua warga bersedia dievakuasi. Saat ini bau menyengat mulai berkurang," jelas Sutopo.
Sebelumnya, 30 orang warga dirawat akibat terpapar gas belerang pekat dan dirawat di pusat kesehatan masyarakat dan rumah sakit. Kondisi mereka telah mulai membaik.
Pada Rabu (22/3) sekitar pukul 19.15 WIB terjadi letusan freatik dan terdengar tiga kali letusan dari Pondok Bunder yang berjarak sekitar 1,5 kilometer dari kawah Gunung Ijen. Gunung Ijen merupakan gunung api aktif yang berada di perbatasan Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.