REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Muhammad Qodari melihat elektabilitas Jokowi dalam pemilihan presiden (pilpres) 2019 akan lebih terdukung apabila memilih pasangan dari kalangan agamis. Sebab, kini mereka sudah memiliki jaringan dan pendukung yang luas sehingga bisa menambah popularitas dan dukungan Jokowi nantinya.
Qodari menilai setidaknya ada empat nama yang bisa dan layak masuk dalam bursa cawapres Jokowi. Mereka adalah Mahfud MD, Din Syamsuddin, Said Aqil, dan Jimly Asshiddiqie.
"Mereka memiliki latar belakang santri sehingga kerap disebut sebagai wakil dari kalangan agamis," tuturnya ketika dihubungi Republika.co.id, Senin (19/3).
Selain meningkatkan elektabilitas, Qodari melihat ada efek positif lain apabila Jokowi memilih mereka yang berasal dari kalangan agamis. Dengan posisi dan karakter empat nama tersebut, mereka dianggap mampu meredam isu primordial, termasuk agama, yang ditembakkan oleh lawan politik.
Namun, Qodari melihat bahwa faktor agamis ini tidak harus menjadi satu-satunya alasan Jokowi memilih sosok dengan latar belakang santri. Kesamaan visi secara pribadi maupun partai masih patut diperhatikan untuk menunjang kinerja selama lima tahun ke depan.
"Di samping isu agama, isu ekonomi juga masih akan jadi perbincangan," ujar Direktur Eksekutif Indo Barometer tersebut.
Poin lain yang patut diperhatikan Jokowi adalah bagaimana caranya membuat keputusan dengan tidak menyakiti hati para pendukungnya. Sebab, Jokowi sudah mendapat dukungan dari banyak parpol lain yang membuatnya harus mempertimbangkan ragam suara dan pandangan.
Sampai saat ini, Qodari memperhatikan, Jokowi dan PDIP masih dalam proses penggodokan kriteria yang kelak menjadi pendampingnya. Mereka belum masuk ke tahap pengerucutan hingga satu atau dua nama.
Sebelumnya, pada Februari, Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri mengumumkan pencalonan Jokowi sebagai capres dari PDIP. Saat ini, setidaknya sudah ada delapan partai yang mendukung Jokowi maju, yakni PDIP, Nasdem, Partai Solidaritas Indonesia, Partai Golkar, PPP, Hanura, Perindo, serta Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI).