Jumat 16 Mar 2018 18:34 WIB

Hormati Nyepi, Masjid di Daerah Ini tanpa Pengeras Suara

Masjid di Desa Plajan tak menggunakan pengeras suara saat azan.

Umat Hindu melakukan pradaksina atau berjalan mengitari Candi Prambanan di Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (16/3). Prosesi Tawur Agung Kesanga yang diikuti ribuan Umat Hindu dari DI Yogyakarta dan Jawa Tengah tersebut merupakan rangkaian perayaan Hari Raya Nyepi tahun baru Saka 1940.
Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Umat Hindu melakukan pradaksina atau berjalan mengitari Candi Prambanan di Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (16/3). Prosesi Tawur Agung Kesanga yang diikuti ribuan Umat Hindu dari DI Yogyakarta dan Jawa Tengah tersebut merupakan rangkaian perayaan Hari Raya Nyepi tahun baru Saka 1940.

REPUBLIKA.CO.ID, JEPARA -- Masjid di Desa Plajan, Kecamatan Pakis Aji, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, tidak menggunakan pengeras suara dalam mengumandangkan azan. Ini dilakukan demi menghormati umat Hindu yang sedang menjalankan perayaan Mecaru atau Tawur Agung, Jumat.

Perayaan Mecaru di Pura Puser Bumi desa setempat merupakan rangkaian ritual sebelum memasuki Hari Raya Nyepi yang jatuh pada Sabtu (17/3).

Kemadi, marbot Masjid At Taqwa Desa Plajan di Jepara, Jumat, mengaku pelaksanaan Jumatan memang tidak menggunakan pengeras suara.

Sebelum pelaksanaan salat jumat, katanya, sering terdengar lantunan ayat suci Alquran. "Namun karena hari ini  bersamaan dengan perayaan Mecaru dari umat Hindu, pengeras suara tidak digunakan," ujarnya.

 

Baca juga, Bandara Ngurah Rai Hentikan Penerbangan Saat Nyepi.

 

Penghormatan terhadap umat Hindu, lanjut dia, tidak hanya di Masjid At Taqwa yang kebetulan berdekatan dengan Pura Puser Bumi, melainkan masjid maupun musala lain di Desa Plajan juga melakukan hal serupa.

Dengan tidak menggunakan pengeras suara saat azan, katanya, bertujuan agar tidak mengganggu pelaksanaan nyepi.Selain itu, seluruh masyarakat yang ada di Desa Plajan juga diimbau agar menjaga situasi wilayah tetap kondusif dan tidak muncul suara gaduh, termasuk tidak menghidupkan suara musik atau menggeber kendaraan bermotor.

Penghormatan terhadap umat Hindu dengan tidak menggunakan pengeras suara, katanya, dilakukan hingga Ahad (18/3) dini hari karena pada saat itu umat Hindu yang ada di lingkungan tersebut sedang menjalankan Caturbrata Penyepian.

Umat Hindu, lanjut dia, ketika umat Islam menggelar perayaan Lebaran juga memberikan penghormatan denga n menjaga tempat peribadatan.Sebelumnya, kata dia, Pemerintah Desa Plajan juga memberikan imbauan untuk menghormati Hari Raya Nyepi.

Tanpa ada imbauan sekalipun, katanya, warga sudah mengetahui langkah y ang harus diambil saat umat Hindu merayakan Nyepi."Warga juga tetap ronda untuk menjaga keamanan selama Nyepi," ujarnya.

Jumlah tempat ibadah di Desa Plajan, meliputi 14 masjid, 40 musala, empat pura, dan satu gereja.Sementara jumlah pemeluk Agama Islam  sekitar 7.515 orang, Hindu sebanyak 435 orang, Kristen sebanyak 55 orang dan Budha empat orang.

Pelaksanaan Mecaru dimulai sejak Jumat (16/3) pukul 09.00 WIB yang dipusatkan di Pura Puser Bumi dan dihadiri umat Hindu dari berbagai daerah di Jepara.

Ketua Panitia Mecaru Ngarbiyanto mengungkapkan peserta upacara mecaru sekitar 500 umat Hindu se-Kabup aten Jepara.Adapun tujuan mecaru, yakni untuk membersihkan sekaligus mempersiapkan diri menjelang Perayaan Nyepi.

Ritual yang dilakukan, yakni membersihkan buana agung dan buana alit atau sebagai simbol membersihkan semesta dan diri para jemaat sebagai manusia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement