Kamis 15 Mar 2018 21:01 WIB

Kinerja Perdagangan Sumbar Stagnan

secara kumulatif ekspor Sumatra Barat turun sebesar 32,85 persen

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Esthi Maharani
Minyak Nabati dari Tanaman.
Foto: Dok Balittas.
Minyak Nabati dari Tanaman.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG - Kinerja perdagangan di Sumatra Barat pada Februari 2018 hanya naik tipis dibanding bulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor Sumbar pada Februari 2018 sebesar 144,92 juta dolar AS, naik 3,25 persen dibanding ekspor bulan Januari 2018. Tapi bila dibandingkan dengan capaian periode yang sama tahun 2017 lalu, angka ekspor Sumbar pada Februari 2018 anjlok 35,16 persen.

Kepala BPS Sumbar Sukardi menyebutkan, secara kumulatif ekspor Sumatra Barat Januari-Februari 2018 mencapai 285,28 juta dolar AS atau turun sebesar 32,85 persen

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sumbar sendiri bergantung pada komoditas olahan CPO dalam aktivitas ekspornya. Dengan penurunan harga CPO belakangan dinilai memberikan imbas pada penurunan kinerja ekspor Sumbar.

"Tapi harapan kami kondisi ini membaik di bulan-bulan berikutnya di 2018 ini," kata Sukardi, Kamis (15/3).

BPS merangkum, golongan barang ekspor pada bulan Februari 2018 paling besar dari Sumbar adalah lemak dan minyak nabati sebesar 104,56 juta dolar AS. Komoditas ekspor unggulan berikutnya adalah produk karet dan barang dari karet sebesar 24,41 juta dolar AS, dan golongan bahan bakar mineral sebesar 7,68 juta dolar AS.

Dilihat dari negara tujuan ekspor, India masih menjadi yang paling unggul dengan nilai 44,14 juta dolar AS. Negara tujuan berikutnya adalah Amerika Serikat sebesar 24,41 juta dolar AS, dan Singapura 17,19 juta dolar AS.

Sementara untuk raihan impor, Sumbar mencatatkan nilai impor sebesar 33,34 juta dolar AS pada Februari 2018. Sama seperti ekspor, angka ini menunjukkan penurunan sebesar 46,93 persen, dibanding impor bulan Januari 2018. Dibanding periode yang sama tahun 2017 lalu, angka impor pada Februari 2018 juga turun sebesar 24,56 persen.

Golongan barang impor pada bulan Februari 2018 paling besar adalah bahan bakar mineral sebesar 24,72 juta dolar AS, diikuti golongan pupuk sebesar 5,34 juta dolar AS dan golongan produk keramik sebesar 1,53 juta dolar AS.

Negara pemasok impor bulan Februari 2018 terbesar adalah dari negara Singapura senilai 24,84 juta dolar AS dan Cina senilai 5,40 juta dolar AS.

Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sumatra Barat Endy Dwi Tjahjono menyebutkan bahwa kinerja ekspor Sumatra Barat dalam beberapa tahun terakhir bertengger di angka rata-rata 1,7 miliar dolar AS per tahun. Angka ini hanya sekitar 2 persen dari capaian ekspor nasional. Kecilnya porsi ekspor dari Sumatra Barat disebabkan ketergantungan Sumbar pada komoditas CPO dan karet. Sementara itu tidak ada industri besar yang ada di Sumbar.

"Karena 83-90 persen ekspor Sumbar berasal dari CPO dan Karet. Ekspor ini dicatat dari Pelabuhan Teluk Bayur, itupun barangnya diduga tidak hanya berasal dari Sumbar. Bisa jadi provinsi yang lain," katanya. N Sapto Andika Candra

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement