REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigadir Jenderal TNI Alfred D Tuejeh menyatakan pihaknya langsung melakukan penyelidikan terkait kasus tenggelamnya tank milik satuan di bawah Kostrad di Purworejo, Jawa Tengah. Peristiwa tersebut mengakibatkan dua korban meninggal dunia.
"Benar itu terjadi. Kami sangat prihatin atas kejadian ini dan unsur pimpinan TNI AD sudah tahu semua. Penyelidikan sebab-musabab peristiwa ini langsung kami gelar di lokasi kejadian dan hal-hal lain terkait," katanya, saat dihubungi Antara di Jakarta, Sabtu petang.
Sebagian dari tim penyelidik yang sudah digelar di lokasi kejadian berasal dari personel Polisi Militer (POM) dari Divisi II Kostrad yang bermarkas di Malang, Jawa Timur, karena Batalyon Infantri Mekanis 402 bagian dari divisi itu.
Informasi awal menyatakan, pada Sabtu (10/3) siang terjadi kecelakaan atas satu tank angkut personel M-113 di Sungai Bogowonto, Purworejo, Jawa Tengah. Tank itu mengangkut anak-anak PAUD Ananda, dari Kelurahan Sindurjan, Purworejo serta anak TK.
Rombongan PAUD Ananda yang turut dalam program outbond yang melibatkan tiga unit tank angkut personel M-113 itu terdiri dari 16 anak dan seorang guru. Selain mereka, masih ada TK Masitoh (71 anak dan empat guru), TK Siwi (20 anak dan dua guru), PAUD Lestari (20 anak dan empat guru), PAUD Handayani (35 anak).
Pelaksanaan outbound bagi anak-anak itu dipecah menjadi dua gilir jalan, dengan anak-anak menaiki kabin tank M-113. Pada gilir jalan kedua, insiden itu terjadi, setelah satu tank M-113 tergelincir dan masuk ke dalam Sungai Bogowonto.
Tidak ada yang meninggal di dalam kabin tank. Adapun korban jiwa terjadi pada saat mereka sudah keluar dari tank dan terseret arus Sungai Bogowonto.
Seorang personel Batalyon Infantri Mekanis 412, Prajurit Satu Rendy dan Kepala PAUD Ananda, Iswandari, meninggal dunia dalam kejadian itu. Rendy meninggal dunia setelah dia berupaya sekuat tenaga menyelamatkan warga sipil yang turut dalam tank itu.