Rabu 07 Mar 2018 10:58 WIB

LSI: Poros Baru dan Capres Alternatif Sulit Direalisasikan

Presidential threshold sebesar 20 persen menjadi ganjalan utama.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Andri Saubani
[ilustrasi] Peneliti dari sebuah lembaga survei politik menyampaiakan hasil survei  Mencari Capres dan Cawapres 2019-2024 di Jakarta, Rabu (28/2).
Foto: Republika/Prayogi
[ilustrasi] Peneliti dari sebuah lembaga survei politik menyampaiakan hasil survei Mencari Capres dan Cawapres 2019-2024 di Jakarta, Rabu (28/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Survei Indonesia (LSI) menilai wacana poros baru dari dua kemungkinan poros besar koalisi partai politik (parpol) antara PDIP dan Gerindra sulit direalisasikan di pilpres 2019. Begitu juga munculnya calon presiden (capres) alternatif selain Jokowi dan Prabowo.

Saat ini ada dua poros koalisi yang terbentuk dan mungkin terjadi. Antara PDIP dan parpol pendukung pemerintah, seperti, Golkar, Nasdem, PPP dan Hanura, dengan koalisi Gerindra dan PKS. Beberapa partai belum mengidentifikasi diri dalam dua koalisi poros tersebut seperti Demokrat, PAN dan PKB.

Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia Kuskrido (Dodi) Ambardi mengatakan, secara perhitungan presidential threshold (PT) 20 persen, koalisi PDIP bisa dipastikan memenuhi syarat. Karena, gabungan PDIP dan Golkar saja sudah melebihi 20 persen raihan suara pemilu (Golkar 14 persen dan PDIP 18 persen).

Yang menjadi persoalan, lanjut dia, koalisi Gerindra dengan PKS yang belum mencapai syarat karena baru 18 persen PT (Gerindra 11,8 persen dan PKS 6,8 persen). Artinya, koalisi Gerindra-PKS butuh satu partai baru lagi untuk memenuhi syarat PT 20 persen.

Sedangkan, Demokrat, yang hanya memiliki raihan suara pemilu 10 persen, dianggap berpeluang membentuk poros baru. Namun, Demokrat membutuhkan dua partai lain berkoalisi untuk memenuhi syarat pencapresan. Secara otomatis, kata dia, PAN dan PKB menjadi 'rebutan' antara koalisi Gerindra-PKS dan poros baru Demokrat.

"Kalau di atas kertas mungkin bisa tapi kalau direalisasikan nanti jelang 2019 kemungkinannya akan sangat sulit," kata Dodi kepada wartawan, Rabu (7/3).

Begitu juga soal capres alternatif selain Jokowi dan Prabowo. Nama-nama seperti Gatot Nurmantyo, Rizal Ramli, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dan Tuan Guru Bajang (TGB) mungkin maju jika poros baru koalisi mencukupi prasyarat PT 20 persen. Namun, persoalannya, jelas Dodi, ada faktor lain yakni soal elektabilitas yang pasti dipertimbangkan parpol kepada nama-nama tersebut.

Walaupun saat ini masih delapan bulan menjelang pendaftaran pilpres 2019, menurut dia, parpol juga melihat elektabilitas nama capres sebagai pertimbangan penting. "Kalau nama seperti Gatot Nurmantyo, AHY, atau Rizal Ramli secara elektabilitas masih sangat jauh dari Jokowi atau Prabowo," katanya.

Inilah alasan LSI bahwa poros baru dan capres alternatif tersebut akan sangat sulit direalisasikan. "Poros baru dengan capres alternatif itu sangat mungkin kalau di atas kertas, tapi di lapangan, poros baru dan capres alternatif ini sangat sulit diwujudkan," kata Dodi menegaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement