Rabu 28 Feb 2018 22:01 WIB

Polisi: Penganiayaan Ustaz di Cirebon Murni Kenakalan Remaja

Ketiga pelaku diketahui dalam pengaruh minuman keras saat melakukan aksinya

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Hazliansyah
Garis polisi.   (ilustrasi)
Foto: Antara/Oky Lukmansyah
Garis polisi. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Polres Cirebon memastikan penganiayaan yang menimpa seorang ustaz di Kecamatan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, murni akibat kenakalan remaja. Ketiga pelaku diketahui dalam pengaruh minuman keras saat melakukan aksinya pada Sabtu (24/2) lalu.

 

Kapolres Cirebon, AKBP Risto Samodra menjelaskan, kasus itu bermula saat ketiga pelaku yang kini telah ditetapkan sebagai tersangka, masing-masing MA (19), MR (17) dan AP (16 tahun), melakukan aksi pengrusakan terhadap salon Jecky di Desa Galagamba, Kecamatan Ciwaringin, Sabtu (24/2) sekitar pukul 04.30 WIB. Aksi serupa juga dilakukan terhadap satu warung nasi dan toko Najwa.

 

Aksi itu dilatarbelakangi oleh ketersinggungan pelaku kepada pemilik salon Jecky. Selain itu, pelaku juga melempari toko Najwa karena pacar pelaku pernah belanja ke toko itu dengan ditemani laki-laki lain.

 

Usai melakukan aksi pengrusakan, ketiga tersangka itu kabur. Namun, mereka berpapasan dengan Ustaz Zaeni (41) yang hendak pergi shalat Subuh ke Masjid Abu Bakar Ciwaringin. Takut perbuatannya diketahui oleh Ustaz Zaeni, maka para pelaku menyerang sang ustaz.

 

"Jadi ini murni tindak pidana biasa yang berawal dari kenakalan remaja, bukan tindak pidana yang diniati tersangka khusus untuk menyerang ustaz. Hanya kebetulan saja yang lewat saat itu adalah ustaz," kata Risto, saat menggelar jumpa pers di Mapolres Cirebon, Rabu (28/2).

 

Risto menegaskan, antara tersangka dengan korban tidak saling mengenal. Menurutnya, para tersangka dalam pengaruh minuman keras dan peristiwa penganiayaan yang menimpa korban juga terjadi secara spontanitas.

 

Risto pun menyesalkan peristiwa tersebut kemudian dimanfaatkan oleh pihak tertentu, yang membuat kesan seolah-olah itu adalah tindak pidana penyerangan terhadap ulama. Apalagi, hoax itu lantas menjadi viral.

 

"Kami luruskan dan tegaskan itu tidak benar," tegas Risto, yang didampingi penyidik Ustaz Zaeni, orang tua tersangka maupun pihak Badan Pemasyarakatan (Bapas).

 

Sementara itu, Ustaz Zaeni, mengaku mengetahui pengrusakan itu. Namun, dia tidak bisa melihat wajah pelaku secara jelas karena kondisi yang masih gelap.

 

"Saya tidak kenal mereka," tutur Ustaz Zaeni.

 

Zaeni mengatakan, akibat penyerangan yang dialaminya, dirinya urung menunaikan shalat subuh di masjid dan memilih kembali pulang. Sebab bajunya terkena daraha kibat luka yang dialaminya.

 

"Alhamdulillah tidak parah, cuma lecet di dada," tandas Zaeni.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement