Selasa 27 Feb 2018 01:11 WIB

Indonesia Jadi Sasaran Perang Proksi Via Penyelundupan Sabu

Indonesia menjadi pasar potensial terbesar di kawasan Asia Tenggara.

Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian (kelima kanan) bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani (tengah) dan pejabat lainnya menunjukkan barang bukti narkotik jenis sabu di Pelabuhan Sekupang, Batam, Kepulauan Riau, Jumat (23/2).
Foto: Antara/M N Kanwa
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian (kelima kanan) bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani (tengah) dan pejabat lainnya menunjukkan barang bukti narkotik jenis sabu di Pelabuhan Sekupang, Batam, Kepulauan Riau, Jumat (23/2).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ali Mansur, Arif Satrio Nugroho, Fergi Nadira

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy meyakini perdagangan narkoba bukan murni bisnis, tetapi bagian dari perang proksi. "Saya termasuk yang berpendapat bahwa perdagangan narkoba bukan murni bisnis tetapi bagian dari perang proksi," ujar Mendikbud saat dihubungi Antara.

Perang proksi merupakan perang ketika lawan kekuatan menggunakan pihak ketiga. Mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu menjelaskan, dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta, Indonesia menjadi pasar potensial terbesar di kawasan Asia Tenggara. Hal itu dibuktikan sebagian besar pasokan barang laknat itu berasal dari luar negeri.

"Kalau seandainya direncanakan paling tidak ada unsur pembiaran oleh negara tertentu yang tidak ingin melihat Indonesia menjadi besar dan kuat. Bahkan barang itu. berasal dari negara yang sangat keras dan hukuman sangat berat terhadap pihak yang terlibat dalam sindikat peredaran obat terlarang tersebut," ujarnya.

Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto meminta TNI, Polri, Bea Cukai, dan BNN harus bersinergi untuk menangani darurat narkoba di Tanah Air. "Saat ini, kita dalam kondisi darurat narkoba," kata Panglima TNI.

Marsekal Hadi berkata, berbagai cara dilakukan oknum-oknum tak bertanggung jawab terus berupaya menyelundupkan narkoba masuk ke Indonesia melalui banyak pintu. "Dan, jumlahnya pun tidak tanggung-tanggung," kata Panglima TNI.

Setelah ada penangkapan narkoba seberat 1,29 ton, kata dia, TNI bersama mitra dan semua pihak tetap melakukan pemantauan karena tidak menutup kemung kinan masih ada upaya penyelundupan. Terbukti petugas menangkap penyelundupan narkoba seberat 1,6 ton sabu-sabu di dalam kapal ikan berisi jaring ketam asal Taiwan dengan bendera Singapura KM 61870 Penuin Union.

Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Brigadir Jenderal Polisi Eko Daniyanto menuturkan, Polri dan petugas bea cukai akan lebih fokus pemeriksaan pada kapal ikan yang datang dari Cina, Taiwan, dan Vietnam. Menurut Eko, saat ini tim patroli gabungan masih menyusuri pantai utara Sumatra untuk mencegah masuknya sindikat narkotika internasional masuk Indonesia.

Hal ini dilakukan juga dengan melibatkan anjing pelacak K-9 dengan kegiatan preventif atau pencegahan ini. "Sehingga, kita bisa mengantisipasi serbuan sindikat narkotika internasional yang mencoba menyeludupkan narkotika dengan jumlah besar via kapal ikan ini," kata Eko, Ahad (25/2).

Eko juga mengklarifikasi terkait informasi temuan narkoba jenis sabu seberat tiga ton yang sudah beredar di masyarakat. Menurut Eko, tim gabungan belum menemukan barang bukti sabu seberat itu dalam penangkapan terhadap kapal ikan berbendera Taiwan pada Jumat (23/2) lalu.

Bahkan, mengenai kabar ditemukannya sabu tiga ton tersebut, sedari awal Eko membantah kabar tersebut. "Abang (Eko) tidak mengatakan seperti itu yah (temuan tiga ton)," kata Eko.

Adapun kabar soal tiga ton sabu yang beredar itu diketahui merupakan dugaan. Hanya saja, kabar tersebut cepat meluas di kalangan media massa. Padahal, menurut Eko, timnya di lapangan masih terus bekerja melakukan penggeledahan. Eko melanjutkan, Satgas Polri dan Bea Cukai saat ini sedang melaksanakan kegiatan Patroli bersama dalam upaya pencegahan terhadap kapal kapal Ikan yang datang dari Cina, Taiwan, Vietnam atau Myanmar yang patut diduga membawa narkotika.

Eko menambahkan, apa pun hasilnya bahwa semua usaha dan upaya tim dilakukan secara maksimal. Hal ini dalam rangka Indonesia harus siap menghadapi serbuan sindikat narkotika internasional yang mencoba memasukan narkotika ke Indonesia dengan berbagai cara atau modus operandi. "Seperti yang 1,622 ton yaitu via kapal Laut," ujar Eko.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement