Jumat 23 Feb 2018 05:51 WIB

Masyarakat Buka Kesempatan untuk Nama Capres Lain

Survei menyebut elektabilitas Jokowi masih tinggi saat ini.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Indira Rezkisari
Joko Widodo
Foto: Republika/ Wihdan
Joko Widodo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat Indonesia dinilai terbuka menerima nama-nama baru calon Presiden Indonesia. Hendri B Satrio pendiri Lembaga Survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) menyatakan survei yang dilakukan KedaiKOPI bulan September 2017 lalu disebut sebanyak 48,9 persen masyarakat memilih calon lain selain Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Kalau berbicara elektabikitas, Jokowi nilainya masih tinggi. Tapi dari hasil survei yang dilakukan KedaiKOPI tahun kemarin, sebanyak 48 persen masyarakat Indonesia itu membuka kesempatan untuk nama-nama lain," ujar Hendri, Kamis (22/2).

Dari hasil survei yang dipaparkan dalam situs KedaiKOPI.co sebanyak 44,9 persen responden memilih Jokowi sebagai Presiden RI, 48,9 persen memilih nama lain, dan sisanya tidak menjawab. Adapun nama-nama lain yang disebutkan adalah Prabowo Subianto, Jenderal (purn) Gatot Nurmantyo, Ahmad Heryawan, TGB Zainul Majdi, serta Rizal Ramli.

Hendri menyatakan kemungkinan nama-nama inilah yang nantinya akan melawan Jokowi dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 nanti. Meskipun hingga saat ini dari tiap individu masih belum ada yang benar-benar mendeklarasikan dirinya akan maju sebagai calon Presiden 2019.

"Kalau untuk nama pesaing Jokowi kemungkinan nama-nama itu. Tapi masih belum kelihatan elektabilitasnya bagaimana karena rata-rata banyak yang memilih menjadi calon wapres Jokowi saja karena posisinya lebih enak," lanjut Hendri.

Perjalanan Pilpres 2019 sendiri disebut Hendri masih sangat panjang. Segala sesuatunya masih bisa berganti hingga saat pemilihan berlangsung termasuk didalamnya nilai elektabilitas dan kemungkinan menang dari masing-masing calon.

Untuk saat ini memang nilai elektabilitas Jokowi masih berada di posisi teratas. Hal ini dikarenakan belum ada sosok lain yang benar-benar muncul dan menyatakan akan menantang Jokowi di Pilpres nanti.

Namun seiring berjalannya waktu nilai elektabilitas pesaing Jokowi bisa saja naik jika melihat pamor yang dimiliki Jokowi. Pamor Jokowi dikatakan bisa saja turun melihat kinerjanya termasuk infrastruktur dan ekonomi atau daya beli masyarakat yang semakin berat.

"Ekonomi seperti listrik dan sembako yang mahal, lapangan kerja yang belum merata, infrastruktur yang terus-menerus terjadi kecelakaan, hal-hal ini akan jadi penilaian lagi untuk pamor Jokowi ke depannya," ujar Hendri.

Pengamat politik ini lalu menegaskan nantinya akan ada dua kubu yang dipertimbangkan oleh Jokowi sebagai lawannya. Kedua kubu tersebut adalah kubu Islam dan kubu yang dibuat sebagai poros politik oleh Jusuf Kalla.

"Kemarin ada yang bilang Jokowi pasti menang, itu belum tentu. Masih ada banyak waktu yang bisa membuat perubahan itu," lanjutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement