Rabu 21 Feb 2018 16:53 WIB

Polisi Bongkar Pemalsuan Kosmetik di Kota Bandung

Merek kosmetik yang dipalsukan antara lain Kelly, Viva, Marck dan lainnya.

Rep: Djoko Suceno/ Red: Andi Nur Aminah
Kapolda Jabar, Irjen Pol Agung Budi Maryoto memberikan keterangan terkait kasus pemalsuan produk kosmetik berbagai merek terkenal di Mapolda, Selasa (20/2).
Foto: Republika/Djoko Suceno
Kapolda Jabar, Irjen Pol Agung Budi Maryoto memberikan keterangan terkait kasus pemalsuan produk kosmetik berbagai merek terkenal di Mapolda, Selasa (20/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Reskrimsus) Polda Jawa Barat, berhasil mengungkap kasus pemalsuan kosmetik berbagai merek terkenal di Kota Bandung. Dalam kasus ini polisi meringkus dua pelaku yaitu SM (52 tahun) dan PE (31).

Kedua pelaku diringkus di sebuah ruko di Gyan Plaza No 47 B Jalan Pasirkoja, Kelurahan Babakan Ciparay, Kota Bandung. "Komplotan pemalsu kosmetik ini sudah beroperasi sejak delapan bulan lalu," kata Kapolda Jabar, Irjen Pol Drs Agung Budi Maryoto yang didampingi Direktur Reskrimsus, Kombes Pol Samudi, SiK, MH kepada para wartawan, di Mapolda, Selasa (20/2).

Modus operandi sindikat pemalsu kosmetik ini yaitu memproduksi di sebuah ruko dengan memperkerjakan belasan pegawai. Para pekerja digaji antara Rp 2 juta hingga Rp 5 juta sesuai dengan perannya masing-masing.

Bahan yang digunakan untuk membuat kosmetik palsu antara lain cream, pewarna makanan, serbuk bedak, dan bahan lainnya. "Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kosmetik palsu pada dasarnya sama, hanya berbeda kemasan saja," kata Samudi.

Merek kosmetik yang dipalsukan, Samudi mengatakan, antara lain Kelly, Viva, Marck, dan sejumlah merek lainnya. Produksi kosmetik palsu ini dari sisi kemasan hampir mirip dengan aslinya. Barang ilegal ini di jual secara online.

Dalam sehari kedua pelaku bisa memproduksi 10 ribu hingga 20 ribu kemasan berbagai merek terkenal. Dari hasil penjualan barang palsu tersebut, pelaku mengantongi keuntungan antara Rp 5.000 hingga Rp 10 ribu per kemasan. "Mereka sudah berproduksi sejak delapan bulan lalu. Bayangkan berapa banyak barang palsu yang beredar," imbuh dia. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement