Selasa 20 Feb 2018 12:11 WIB

Anies Baswedan dan Persija

Insiden penolakan Anies mendampingi Presiden Jokowi ke lapangan menjadi perbindangan.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan diarak oleh the jak mania di halaman Balaikota DKI Jakarta, Ahad (18/2).
Foto:
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan diarak oleh the jak mania di halaman Balaikota DKI Jakarta, Ahad (18/2).

Sebenarnya, secara umum masyarakat menilai aneh sikap Ketua Steering Committee, Maruarar Sirait (politisi PDIP). Maruarar sama sekali tak menyebut nama Anies Baswedan saat memberikan sambutan. Ia pun tak memanggil Anies untuk turun mendampingi presiden. Padahal, dialah yang secara protokoler bertanggung jawab atas semua tamu undangan penting dalam hajatan tersebut. Ada kabar beredar, nama Anies dicoret saat-saat terakhir dari daftar nama pejabat yang harus mendampingi presiden di lapangan.

Sangat disayangkan kalau ekses Pilkada Jakarta pada 15 Februari dan 19 April 2017 lalu masih berimbas di benak para tokoh penting negeri ini. Mestinya, mereka memberi contoh dan teladan yang baik bagi masyarakat yang sempat terbelah gara-gara pilpres dan pilgub Jakarta lalu. Contoh yang baik akan memberikan dampak positif dan luas di masyarakat. Di samping itu, tokoh yang memberi teladan baik itu pasti akan mendapat simpati lebih luas dari masyarakat.

Akibat peristiwa ini, Anies justru mendapat simpati dari masyarakat. Pujian tak hanya datang dari warga Jakarta dan sekitarnya. Bahkan bisa dikatakan, masyarakat seantero Nusantara terwakili untuk memberikan pujian pada Anies yang tak mau memberikan reaksi negatif atas perilaku yang dia terima. Sikap Anies yang tak mempersoalkan dan tak mengecam Maruarar justru mengundang kekaguman masyarakat luas.

photo
Foto Anies di tribun yang memandangi keriuhan penyerahan piala Presiden 2018.

Memang akhirnya Maruarar mengakui kekeliruannya dan menyatakan permintaan maaf atas sikapnya yang mengabaikan Anies. Walau demikian, simpati terhadap Anies terus mengalir deras. Sebaliknya, kecaman pada Maruarar tak juga berhenti. Dampak lain dari peristiwa ini, masyarakat pun memandang dan memperhitungkan bahwa Anies sangat layak untuk maju dalam Pilpres 2019 mendatang. Kumandang dan gema suara seperti itu tak sedikit terlontar.

Anies memang memiliki jiwa besar dan bukan seorang pendendam. Sejauh ini kepemimpinan dan keteladanannya sangat membetot perhatian masyarakat. Namun, bagi saya, tidak tepat kalau Anies harus ikut maju dalam kontestasi pilpres mendatang, baik sebagai capres atau cawapres.

Bukan lantaran Anies belum mumpuni, bukan soal itu. Akan lebih baik bagi Anies dan masyarakat Jakarta bila dia memenuhi amanah untuk menjadi gubernur hingga masa jabatannya selesai. Jika Anies menjalankan tugas dengan baik, peluang dia untuk menjadi presiden/wapres masih sangat tebruka di masa mendatang. Apalagi usianya masih relatif muda. Jakarta adalah barometer pentas politik nasional dan akan senantiasa menjadi sorotan.

Bila sukses menjalankan tugas di Jakarta, otomatis tiket nasional akan terpegang. Biarlah contoh untuk tidak konsisten dan tidak amanah dilakukan oleh gubernur Jakarta terdahulu yang hanya menjabat dua tahun lalu maju dalam pilpres, seperti juga bupati Trenggalek yang kini menjadi cawagub dalam pilkada di Jatim. Jangan terus kejadian itu diulang-ulang.

Kasihan masyarakat Jakarta. Mereka tak akan serius dan total mendapat pelayanan dari para pemimpin wilayahnya. Jakarta seolah hanya sekadar menjadi batu loncatan bagi sang politisi untuk mengejar tahta lebih tinggi lagi. Ibaratnya warga Jakarta hanya menjadi anak tiri di ibu kota.

Ini hanya sekadar saran. Semoga kemungkinan buruk itu tak akan terjadi. Ah hampir lupa, selamat untuk Persija dan Jakmania!!!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement