Selasa 20 Feb 2018 12:11 WIB

Anies Baswedan dan Persija

Insiden penolakan Anies mendampingi Presiden Jokowi ke lapangan menjadi perbindangan.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan diarak oleh the jak mania di halaman Balaikota DKI Jakarta, Ahad (18/2).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan diarak oleh the jak mania di halaman Balaikota DKI Jakarta, Ahad (18/2).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Arif Supriyono

Ini hanyalah perhelatan sepak bola biasa. Tak beda dengan pelaksanaan turnamen-turnamen sepak bola lainnya. Bahkan kelasnya masih di bawah kompetisi sepak bola Liga 1 Indonesia. Barangkali yang membedakan dengan turnamen sepak bola dalam negeri lainnya, presiden ‘diharuskan’ hadir pada puncak acara kali ini karena nama turnamen ini adalah Piala Presiden.

Suasana di lapangan memang luar biasa gegap gempita. Penonton memenuhi kapasitas stadion Gelora Bung Karno yang sekarang bisa menampung sekitar 72 ribu penonton. Sedikit berkurang dibanding daya tampung sebelumnya yang mencapai hampir 100 ribu penonton.

Riuh-rendahnya suasana di dalam dan di luar stadion tak lepas dari keberhasilan Persija Jakarta maju ke final menghadapi Bali United. Ya, sejak terakhir menjuarai Liga Indonesia 2001 dan Piala Invitasi Brunei Darussalam 2001, kinerja tim sepak bola ibu kota itu memang lebih sering terseok-seok. Bukan hanya tak mampu meraih gelar juara lagi di kancah liga, bahkan pernah hanya menduduki urutan 11 pada 2015 dan di posisi 14 pada 2016.

Begitu Persija berlaga di final, Jakmania (para pendukung Persija) pun berbondong-bondong memenuhi stadion. Apalagi saat penyisihan, Persija sempat dikalahkan Bali United 2-3. Aroma untuk membalas kekalahan sekaligus mempersembahkan gelar idaman pun begitu menggelora di dada Jakmania.

Laga berjalan mulus dan sangat menghibur. Sundulan tajam Marko Simic (asal Kroasia) ke gawang Bali United menyulut gelegar seisi stadion. Ditambah tendangan salto spektakuler Simic dan sapuan menghujam Novri Setiawan, Persija unggul 3-0 atas Bali United. Skor itu persis seperti prediksi sang Gubernur Jakarta, Anies Baswedan, yang memperkirakan bahwa Persija akan membobol gawang Bali United tiga gol.

photo
Penyerang Persija Jakarta Marco Simic melakukan selebrasi seusai mencetak gol ke gawang Bali United pada pertandingan final Piala Presiden 2018 di Stadion Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta, Sabtu (17/2).

Sampai di sini, tak ada yang menjadi masalah. Awal persoalan muncul tatkala upacara penghormatan pemenang. Niat Anies untuk turun ke lapangan dicegah Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres) dengan dalih namanya tak ada dalam daftar yang harus mendampingi Presiden Joko Widodo. Anies pun kembali duduk di tribun. Baru setelah usai penghormatan pemenang dan para pemain Persija menuju ke arah tempat duduknya, Anies pun turun bersama Wagub Sandiaga Uno untuk membaur dan bahkan diangkat tinggi-tinggi oleh pemain serta pendukung Jakmania.

Berita ini pun dalam sekejap ramai di media daring. Masyarakat mempertanyakan, mengapa Anies tak dipanggil untuk ikut mendampingi presiden? Bukankah lokasi pertandingan ada di Jakarta dan Persija pula yang bermain di final? Mereka juga berdalih, setiap acara protokoler kenegaraan, gubernur setempat wajib mendampingi presiden.

Alasan protokoler itu lalu dibantah staf Istana Presiden. Menurut staf itu, pertandingan sepak bola tersebut bukanlah acara kenegaraan sehingga tak wajib bagi gubernur untuk mendampingi. Itu sepenuhnya hak penyelenggara untuk meminta tamu-tamu tertentu mendampingi presiden.

Alasan itu dapat diterima walau masih bisa diperdebatkan. Namun, daya nalar masyarakat lalu kembali tertarik mundur pada peristiwa serupa tahun 2015 di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. Dalam final Piala Presiden 2015 itu, Persib Bandung menjadi juara dengan menggusur Sriwijaya FC 2-0. Saat penyerahan piala dan penghormatan pemenang, Presiden Jokowi didampingi Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, meski tim Persija tak tampil di final.

Anehnya, kali ini Anies selaku gubernur Jakarta justru dilarang mendampingi. Rasanya hampir mustahil kalau untuk urusan remeh-temeh begini saja presiden sengaja melakukan diskriminasi walau tak sedikit masyarakat yang berpikiran ke sana. Sebagai salah satu bukti ketidaksukaan atas sikap tersebut, akun Faceebok Jokowi pun dirisak (bully) oleh sekitar 50 ribu komentar bernada negatif.

Andai pun Anies tak dipanggil panitia penyelenggara, mestinya Jokowi bisa memperlihatkan sikap bijak dan kenegarawanannya dengan melambaikan tangan dan mengajak Anies turun atau menyuruh pengawalnya untuk memanggil gubernur Jakarta agar ikut mendampingi. Kalau ini yang terjadi, simpati rakyat ke presiden tentu akan semakin besar. Sayangnya, hal ini tak terpikirkan oleh presiden. Presiden merasa tak ada yang aneh tanpa didampingi gubernur. Maka, yang terjadi kemudian adalah sasaran kritik dan cercaaan tiada henti dari rakyat.

photo
Jokowi salami Anies Baswedan saat Persija ungguli Bali United di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Sabtu (17/2).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement