Selasa 20 Feb 2018 05:17 WIB

Jokowi, Prabowo, dan Poros Politik Pilpres 2019

Poros Jusuf Kalla juga harus diperhitungkan karena cukup menentukan di Pilpres 2019.

Rep: Ronggo Astungkoro, Dessy Suciati Saputri/ Red: Elba Damhuri
Presiden Jokowi dan Prabowo Subianto berbincang di beranda belakang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (17/11)
Foto:

Poros koalisi Pilpres 2019

Berdasarkan konstruksi hukum-konstitusi di Indonesia dan pergerakan politik kepartaian dalam beberapa bulan terakhir, analisis survei Poltracing mengerucut pada potensi lahirnya empat skenario koalisi pencalonan pasangan capres-cawapres. Skenario itu didasari pada konstruksi hukum pencalonan presiden setelah putusan MK terkait ambang batas pencalonan presiden 20 persen.

Berdasarkan pergerakan politik kepartaian, empat skenario itu didasari pada sikap dukungan politik partai-partai terhadap figur capres atau cawapres. Sampai survei ini dirilis, ada empat partai yang telah mendeklarasikan Jokowi sebagai capres 2019.

Keempat partai yang mengusung Jokowi sebagai capres adalah Golkar, Nasdem, Hanura, dan PPP. Hanta mengasumsikan PDIP masuk ke poros itu.

Poros Prabowo terdiri dari Gerindra dan PKS. Koalisi kedua partai ini sudah mencapai lebih dari 20 persen kursi di parlemen.

Poros SBY yang diprediksi bakal mengusung putra sulungnya, Agus Harimurti Yudhoyono. Poros terakhir akan berdiri apabila PKB dan PAN berkoalisi dengan Demokrat.

Untuk pengusungan capres, Hanta mengungkapkan, skenario pertama adalah terjadinya tiga poros koalisi pasangan capres-cawapres. Ketiga poros itu berupa poros Jokowi, poros Prabowo, dan poros Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Skenario kedua, terjadinya dua poros koalisi di mana poros koalisi Jokowi dan SBY melawan poros koalisi Prabowo. Skenario ketiga, kebalikan dari skenario kedua, yaitu poros koalisi Jokowi berhadapan dengan poros koalisi Prabowo dan SBY. Terakhir, skenario keempat, bergabungnya poros Jokowi dan poros Prabowo yang melawan poros SBY.

Berbeda dengan Poltracking, Hendri Satrio melihat ada tiga pasangan capres-cawapres yang akan bertarung. Hendri mengatakan dalam pilpres 2019 nanti tak menutup kemungkinan ada tiga poros koalisi yang akan muncul. Koalisi pertama, kata dia, Partai Nasdem, Golkar, dan Demokrat.

Ada koalisi Gerindra dengan partai-partai Islam seperti PKS. Dan terakhir, koalisi PDIP yang akan mencalonkan sendiri. "Jadi justru Jokowi ada di kubunya Nasdem, Golkar, dan Demokrat. Sementara PDIP mungkin akan mencalonkan sendiri," kata Hendri.

Kubu Gerindra dan PKS dan partai-partai Islam lainnya diperkirakan akan memajukan calon sendiri. Sejauh ini, Prabowo masih menjadi calon kuat koalisi Gerindra. Kalau ada tiga pasang, kata Hendri, itu mungkin akan makin ramai.

Hendri menilai, masih ada satu poros lagi yang bisa mempengaruhi Pemilu 2019, yakni poros Jusuf Kalla (JK) yang masih memiliki pengaruh meski bukan seorang ketua partai politik. JK pun disebutnya juga telah melakukan manuver politiknya.

"Salah satunya adalah pertemuan JK dengan Ustaz Abdul Somad yang didampingi oleh beberapa pengurus Dewan Masjid Indonesia (DMI), Kepala BIN Budi Gunawan, dan Wakapolri Komjen Syafruddin," kata Hendri.

Survei LSI Denny JA beberapa waktu lalu memprediksi Prabowo masih akan menjadi calon terkuat pesaing Jokowi. Dalam paparan hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, peneliti LSI Adjie Alfaraby menjelaskan, survei membagi capres penantang Jokowi dalam tiga divisi berdasarkan popularitas. Popularitas dinilai penting karena menjadi modal awal para tokoh untuk bertarung.

Divisi 1 untuk capres yang popularitasnya di atas 90 persen. Dari nama-nama yang akan bertarung, hanya Prabowo Subianto yang masuk ke dalam Divisi 1 dengan tingkat popularitas Prabowo mencapai 92,5 persen. Divisi 2 adalah kelompok untuk capres dengan popularitas antara 70-90 persen. Tokoh yang masuk dalam Divisi 2 ini hanya Anies Baswedan dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Divisi 3 merupakan kelompok capres yang popularitasya antara 55-70 persen. Tokoh yang memenuhi kriteria ini hanya Gatot Nurmantyo dengan popularitas 56,5 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement