Kamis 15 Feb 2018 01:05 WIB

PDIP Bertekad Pertahankan Jateng Sebagai 'Kandang Banteng'

PDIP optimistis Ganjar Pranowo akan menjadi gubernur Jateng dua periode.

Ketua Bidang Politik dan Keamanan DPP PDI Perjuangan nonaktif Puan Maharani (ketiga kanan) berswafoto bersama Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (ketiga kiri), Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto (kedua kanan), dan jajaran pengurus partai usai verifikasi faktual partai politik peserta Pemilu 2019 oleh KPU RI di kantor DPP PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta, Senin (29/1).
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Ketua Bidang Politik dan Keamanan DPP PDI Perjuangan nonaktif Puan Maharani (ketiga kanan) berswafoto bersama Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (ketiga kiri), Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto (kedua kanan), dan jajaran pengurus partai usai verifikasi faktual partai politik peserta Pemilu 2019 oleh KPU RI di kantor DPP PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta, Senin (29/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan, soliditas yang dilakukan oleh kader partai membuktikan Jawa Tengah akan tetap menjadi 'Kandang Banteng'. "PDI Perjuangan bertekad membawa Ganjar Pranowo menjadi Gubernur Jawa Tengah untuk dua periode," kata Hasto saat membuka Rakerdasus PDI Perjuangan Jawa Tengah di Semarang, Rabu (14/2).

Partai yang dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri itupun tidak takut dengan semangat lawan politiknya yang ingin mematahkan mitos Jateng sebagai 'Kandang Banteng'. "Tapi dengan melihat soliditas kita ini akan menjadi kekuatan gerak untuk menjaga agar Ganjar satu periode lagi sebagai Gubernur dan wakilnya Gus Yasin," katanya.

Apalagi, kata Hasto, PDI Perjuangan bergotong-royong bersama Partai Persatuan Pembangunan, Partai Golongan Karya, Partai NasDem dan Partai Demokrat memenangkan Pemilihan Kepala Daerah Jawa Tengah 2018. Menurut Hasto, dengan mengusung Taj Yasin Maemoen sebagai calon Wakil Gubernur Jateng, PDI Perjuangan juga sudah membuktikan diri sebagai partai yang tidak berjarak dengan kekuatan Islam.

"Isu politik yang mengatakan kita jaga jarak dengan Islam sama sekali tidak terbukti. Itu adalah upaya politik mendiskreditkan PDI Perjuangan. Kita tidak boleh diam," ujar Hasto.

Menurut Hasto, PDI Perjuangan memiliki akar sejarah yang kuat dengan Islam. Saat Megawati Soekarnoputri menjabat sebagai Presiden, Megawati menolak aksi sepihak serangan terhadap Irak. "Beliau melihat akar terorisme adalah ketidakadilan masalah Palestina. Ibu justru dengan lantang mengatakan akar terorisme adalah ketidakadilan terhadap Palestina dan kita memberikan dukungan sepenuhnya kepada kemerdekaan Palestina," tegas Hasto.

Menurut dia, perjuangan kemerdekaan Palestina bahkan sudah dilakukan Indonesia sejak zaman Presiden Soekarno. Bung Karno, sapaan akrab Presiden Soekarno merupakan Presiden yang berjuang mendidik Bangsa Palestina agar merdeka.

"Bung Karno begitu dekat dengan keseluruhan tradisi keislamaan dan memahami apa itu Islam rahmatan lil alamin. Karena Bung Karno sejak kecil belajar dengan KH Ahmad Dahlan, HOS Tjokroaminoto dan bersahabat baik dengan Kyai Wahid Hasyim dan Kyai Wahab Hasbullah. Islam adalah jalan peradaban untuk membangun Indonesia Raya," kata Hasto.

Bung Karno juga yang memperkenalkan kebudayaan Islam di negara-negara Barat. Tanpa Bung Karno, Uni Soviet yang dikenal sebagai negara komunis tidak akan memelihara makam Imam Bukhari dan mendirikan Masjid Biru.

"Tanpa Bung Karno tidak ditemukan makam Imam Bukhari. Tanpa Bung Karno tidak ada masjid biru di negara komunis Uni Soviet," kata Hasto.

Dengan memiliki hubungan Islam yang begitu kokoh dalam sejarah nasional, PDI Perjuangan menilai saat ini ada kekuatan yang berupaya memecah belah keberagaman di Indonesia. Ganjar-Gus Yasin bakal menjadi satu kesatuan tentang kepemimpinan yang menjadi simbol kebhinekaan.

"Di Jateng Mas Ganjar dan Gus Yasin merupakan satu kesatuan kepemimpinan yang berdedikasi bagi rakyat," tutur Hasto.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement