Selasa 13 Feb 2018 10:53 WIB

100 Ton Beras Didistribusikan ke Distrik Pedalaman Asmat

Seluruh bantuan beras dari ACT dititipkan sementara di gudang Bulog Kabupaten Asmat

Rep: Muhyiddin/ Red: Esthi Maharani
Warga Asmat saat diberikan bimbingan kesehatan oleh relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) di Kampung Yausakor, Distrik Siret, Kabupaten Asmat, Rabu (7/2).
Foto: Republika/Muhyiddin
Warga Asmat saat diberikan bimbingan kesehatan oleh relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) di Kampung Yausakor, Distrik Siret, Kabupaten Asmat, Rabu (7/2).

REPUBLIKA.CO.ID,  ASMAT -- 100 ton beras yang dikirimkan Aksi Cepat Tanggap (ACT) telah tiba di Pelabuhan Agats, Kabupaten Asmat, Jumat (9/2) lalu. Setelah 4.000 karung beras itu dibongkar, ACT dan Pemerintah Daerah Asmat bekerja sama untuk mendistribusikannya ke distrik-distrik yang ada di pedalaman Asmat.

100 ton beras itu dikirimkan ACT dari Pelabuhan Pintu Air Merauke beberapa waktu untuk membantu masyarakat Asmat yang dilanda kejadian luar biasa (KLB) campak dan gizi buruk. Pengiriman pun tidak mudah karena Kapal Kemanusiaan yang membawa beras itu harus melawan ganasnya ombak laut Papua.

"Seluruh bantuan beras dari ACT dititipkan sementara di gudang Bulog Kabupaten Asmat. Kami sudah menyusun tim khusus untuk distribusikan seluruh bantuan, termasuk ribuan karung beras dari ACT ini," ujar Kepala Dinas Sosial Kabupaten Asmat, Amir Makhmud dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Selasa (13/2).

Senior Vice President ACT, Syuhelmaidi Syukur mengatakan bagwa bantuan 100 tersebut diserahkan secara simbolis kepada Pemda Asmat dan diterima oleh Wakil Bupati Asmat, Thomas E. Safanpo bersama jajarannya.

"Kami melihat ada kehangatan yang dibawa oleh jajaran Pemerintah Daerah (Pemda) Asmat. Mereka sangat membuka pintunya untuk lembaga kemanusiaan seperti ACT. Berkolaborasi di ranah kemanusiaan, untuk memulihkan Asmat di seluruh distrik-distriknya," ucap Syuhel.

Kondisi geografis Asmat memang menjadi tantangan yang pelik untuk menembus titik-titik rawan gizi buruk, wabah campak, hingga malaria. Sungai meliuk-liuk menembus hutan. Perjalanan antar distrik terkadang harus ditempuh dengan rentang waktu 3-8 jam.

"Kondisi Asmat ini rumit. Akses transportasi terbatas. Jarak antara satu distrik dengan distrik lain kondisinya sangat berjauhan. Itu butuh moda transportasi yang mumpuni, apalagi untuk membawa ribuan karung beras amanah masyarakat Indonesia ini," kata Syuhel.

Sementara itu, Pemda Asmat sendiri telah menyatakan kesiapannya untuk mendistribusikan 100 ton beras itu ke distrik-distrik yang paling membutuhkan, dan akan memprioritaskan keluarga dengan anak-anak terdampak gizi buruk dan campak. Bantuan ini akan dicatat dan didokumemdasikan, serta akan dilaporkan secara transparan.

"Pihak yang berkontribusi langsung untuk Asmat inilah yang saya kira adalah teman-teman terbaik yang bisa membantu kami menghadapi tantangan-tantangan di Asmat," kata Thomas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement