Senin 12 Feb 2018 19:15 WIB

Masyarakat DIY Diimbau Tumbuhkan Lagi Budaya Gotong Royong

Belakangan memang masyarakat DIY cenderung lebih egois dari era-era lalu.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Gita Amanda
Warga bergotong royong membersihkan MCK umum di sebuah kawasan pemukiman. (ilustrasi)
Foto: Adhi Wicaksono/Republika
Warga bergotong royong membersihkan MCK umum di sebuah kawasan pemukiman. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM), Profesor Sutaryo, turut mengungkapkan keprihatinannya atas insiden di Gereja Santa Lidwina. Ia menilai, masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) perlu menumbuhkan lagi budaya yang sudah mulai hilang dari masyarakat.

"Kita hidupkan lagi budaya gotong royong masyarakat Yogyaka," kata Sutaryo kepada Republika.co.id saat ditemui di DPRD DIY, Senin (12/2).

Ia melihat, belakangan memang masyarakat DIY cenderung egois, lebih egois dari era-era lalu. Jangankan sikap gotong royong, Sutaryo merasa masyarakat hari ini cenderung malas melakukan komunikasi sederhana seperti menyapa tetangga.

Padahal, ia menekankan, ini merupakan salah satu cara paling efektif mendeteksi kegiatan masing-masing masyarakat. Sebab, komunikasi yang terjalin di tengah masyarakat tentu akan mengurangi orang-orang tidak dikenal sembarangan beraktivitas.

Untuk itu, Sutaryo mengajak masyarakat DIY kembali menghidupkan budya gotong royong itu. Terutama kepada RT, RW, yang memang seharusnya mengetahui betul kegiatan masing-masing warganya, mencegah pula tindakan-tindakan seperti intoleransi.

"Saya mendukung apa yang disampaikan Sultan (Hamengku Buwono X), bahwa ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, polisi, ini tanggung jawab masyarakat, tanggung jawab kita semua," ujar Sutaryo yang sempat pula memberikan dukungan moril ke lokasi kejadian.

Terkait itu, ia memiliki setidaknya dua saran kepada pemerintah dan masyarakat. Selain menghidupkan budaya gotong royong, Sutaryo mengajak masyarakat untuk lantang mengatakan kita tidak takut.

Kedua, ia mengingatkan, harus disiapkan strategi khusus untuk jangka pendek, menengah dan jangka panjang menangani ini. Menurut Sutaryo, penting memiliki strategi dmei bisa menjaga eksistensi Pancasila.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement