REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Hasil survei Indonesia Institute (Instrat) menunjukkan pasangan calon kepala daerah Provinsi Jawa Barat, Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi, memiliki popularitas tertinggi di antara calon lainnya. Peneliti Sosial Instrat, Adi Nugroho, menuturkan, Demiz-Dedi menjadi pasangan calon (paslon) paling dikenal dengan tingkat popularitas mencapai 90,4 persen.
Paslon yang tingkat popularitasnya tertinggi kedua adalah Ridwan Kamil (RK) dan Uu Ruzhanul Ulum. Keduanya mampu mencapai popularitas sebesar 84,7 persen. "Sementara, kedua pasangan lainnya harus bekerja keras menaikkan popularitas karena hanya dikenal publik kisaran belasan persen," ujar Adi kepada wartawan, Kamis (8/2).
Menurut Adi, untuk hasil survei popularitas perseorangan, calon yang paling populer adalah Deddy Mizwar sebesar 93 persen. Selanjutnya, diikuti Ridwan Kamil sekitar 88 persen dan Dedi Mulyadi 68 persen. Adi melihat, terdapat kecenderungan kenaikan popularitas pada Ridwan Kamil dan Dedi Mulyadi dalam rentang dua bulan terakhir.
Namun, kata Adi, Dedi Mulyadi masih memiliki peluang untuk mendongkrak tingkat popularitasnya dibandingkan Ridwan Kamil. “Karena, popularitasnya bisa terdongkrak sebagai pasangan Deddy Mizwar," katanya.
Masih dari hasil survei Instrat, paslon Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum memiliki elektabilitas tertinggi dibanding tiga paslon lainnya. Keduanya mengumpulkan elektabilitas sebesar 25,6 persen disusul Demiz-Dedi yang memiliki elektabilitas 24,1 persen.
Dua paslon lainnya, Sudrajat-Syaikhu memeroleh tingkat elektabilitas 2,1 persen dan Tb Hasanuddin-Anton Charliyan 1,9 persen. Ada sekitar 1,1 persen yang menyatakan golput dalam survei ketiga yang dilakukan Instrat pada periode Desember 2016, Desember 2017, dan Januari 2018 ini.
"Dari hasil survei, ada 45,2 persen yang belum menentukan pilihan tidak menjawab/tidak tahu," katanya. Adi mengatakan, pengumpulan data dilakukan berbasis wawancara terstruktur face to face dengan minimal usia responden 17 persen. Jumlah responden 1.800 orang dengan margin error 2,31 persen.
Hasil survei Instrat juga menyebut beberapa hal terkait isu sensitif berbau SARA tidak menonjol. Berdasarkan hasil ini, Adi memprediksi gelaran Pilgub Jabar akan berjalan dengan santun. "Pilgub Jabar akan lebih santun karena beberapa hal terkait isu sensitif bagi masyarakat, khususnya dalam konteks yang berbau SARA tak cukup menonjol," ujar Adi.
Adi menjelaskan, asumsi tersebut diperkuat dengan hasil survei. Yakni, terkait isu religiositas pendukung aksi 411 dan 211 berkaitan pilihan politik cagub-cawagub, publik memersepsi secara subjektivas religiositas sebagai sosok yang sangat religius dan regilius jumlahnya 26,78 persen. Ini setara dengan publik yang sangat mendukung dan mendukung aksi 411 dan 211 sebesar 27,96 persen.
Selain itu, kata dia, berdasarkan hasil survei, tak terjadi dikotomi ideologis yang signifikan dari publik terhadap pilihan pasangan cagub-cawagub. Saat persentase yang sangat mendukung dan mendukung aksi 411 dan 211 diperinci terhadap pilihan politik, justru terjadi sebaran yang berpusat pada pilihan pasangan Demiz-Dedi sebesar 6,7 persen dan Ridwan Kamil-Uu sebesar 6 persen. Sudrajat-Syaikhu hanya 1,4 persen. "Sisanya, golput atau belum menentukan pilihan," katanya.
Pemimpin 'zaman now'
Dedi Mulyadi mempunyai pandangan tersendiri soal pemimpin di era saat ini atau 'zaman now'. Baginya, pemimpin 'zaman now' seharusnya mampu menggunakan teknologi untuk melayani dan berkomunikasi dengan warganya. Pemimpin 'zaman now' mampu memosisikan diri dekat dengan rakyat lewat media teknologi.
Menurut dia, Jangan ngomong pemimpin 'zaman now', tapi rakyat tidak mampu beli beras. Pemimpin 'zaman now' produktif dan kerja keras.
"Pemimpin 'zaman now' itu pemimpin efektif cepat layani masyarakat dan mampu berkomunikasi dengan teknologi," kata Dedi usai menghadiri kegiatan Budaya Sunda di Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, Kamis (8/2) dini hari.
Ia mencontohkan, selama dua periode memimpin Kabupaten Purwakarta, para kepala desa (kades) dianjurkan cepat menyerap informasi. Sehingga, ketika ada warga mengalami keluhan kesehatan bisa segera tertangani.
Meski begitu, ia mengakui, ada saja dampak buruk kemajuan teknologi, misalnya menjamurnya hoax. Tapi, ia tak ambil pusing dengan terpaan hoax.
Penggunaan teknologi, kata dia juga akan digunakannya dalam Pilgub Jabar guna mendapatkan hati pemilih dari generasi milenial. Pendekatan ke generasi milenial dapat terlihat dari kecerdasan pemimpin dalam menyampaikan visi. "Saya nulis di medsos," ujarnya.
(Pengolah: agus raharjo).