REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Daerah (Sekda) Pemprov DKI Saefullah menilai, solusi jangka panjang penanganan banjir yang terjadi di Ibu Kota adalah menormalisasi Sungai Ciliwung. Semua rumah yang ada di bantaran kali harus dipindahkan agar tidak mengganggu jalannya air.
"Jangka panjangnya, Ciliwung ini bantarannya mesti bebas dari rumah-rumah, bangunan liar itu pasti ya (dipindah). Saya rasa nggak bisa ditawar itu," kata Saefullah di Balai Kota, Rabu (7/2).
Menurutnya, normalisasi Sungai Ciliwung sudah terhitung terlambat. Harusnya, kata dia, kali itu idealnya seperti banjir kanal timur (BKT) saat ini.
Dia berharap pada tahun ini Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) terus menjalankan pengerjaan sheet pile atau dinding turap. Pemprov DKI, kata dia, bertugas menyiapkan lahan alias pembebasan.
"Jadi ada aliran tengahnya, ada bantarannya ada sheet pile-nya, ada inspeksi itu. Jadi dua hingga lima tahun lalu (Kali) Pesanggrahan itu lebih dahsyat dari Ciliwung. Tapi kali ini Ciliwung lebih dahsyat dari Pesanggrahan," ujar dia.
Saefullah menambahkan, yang menjadi pekerjaan rumah selanjutnya adalah meyakinkan masyarakat bahwa itu adalah pilihan terbaik. Mengacu ke penataan kota besar di manapun, kata dia, rumah yang berada sungai memang harus digeser. Dia meyakini, warga akan bisa menerima penjelasan yang dilakukan secara persuasif.
"Kita harus sampaikan bapak ibu harus pindah. Ini sudah kita siapkan tempatnya. Tidak jauh dari sini. Kalau nggak mau, diajak terus pasti mau. Pasti mau ya, kan pendekatannya dengan hati," katanya.