Selasa 06 Feb 2018 08:38 WIB

Pasien Gizi Buruk Asmat Cenderung Kembali ke Pola Hidup Lama

Penguatan Puskesmas dan kesehatan lingkungan menjadi fokus selanjutnya

Rep: Muhyiddin/ Red: Esthi Maharani
Menteri Kesehatan Nila DF Moeloek (kanan) meninjau anak-anak penderita gizi buruk di Aula Gereja Protestan, Agats, Kabupaten Asmat, Papua, Kamis (25/1).
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Menteri Kesehatan Nila DF Moeloek (kanan) meninjau anak-anak penderita gizi buruk di Aula Gereja Protestan, Agats, Kabupaten Asmat, Papua, Kamis (25/1).

REPUBLIKA.CO.ID,  ASMAT -- Masa pemulihan kesehatan pasien campak dan gizi buruk yang dirawat di RSUD Agats Kabupaten Asmat, Papua berjalan baik. Penguatan Puskesmas dan kesehatan lingkungan menjadi fokus tindak lanjut Kemenkes berikutnya.

Dokter dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dimas Dwi Saputro, Fathih Juandi Pohan, dan M. Kurniawan T Kadafi yang bergabung dalam Flying Health Care (FHC) gelombang I memastikan kondisi pasien sudah pulih. Dimas mengatakan, hal ini terlihat dari keadaan umum seperti keluhan berkurang, asupan makan dan minum bertambah, dan kenaikan berat badan pasien.

Dari sisi klinis, menurut Dimas, respon perbaikan gizi juga cepat. Asupan makanan untuk akselerasi capaian perbaikan gizi serta kalori untuk mengejar pertumbuhan badan kepada pasien gizi buruk di RSUD Agats dinilainya sudah sesuai.

(Baca: Ajang Fastabiqul Khoirot di Asmat Papua)

Sepanjang pengamatannya di Distrik Fumiripits dan Suru-Suru, sebagian besar pasien campak dan gizi buruk memang membaik kondisinya. Namun, ada kecenderungan kembali lagi ke pola hidup alamiahnya di hutan.  Padahal, menurut Dimas, peran pola makan keluarga berpengaruh besar pada gizi anak, sehingga masyarakat seharusnya bisa mengubah pola hidup alamiahnya itu dengan memperhatikan kesehatan keluarga dan lingkungan.

"Karena yang menjadi penyebab gizi buruk dan campak itu ada banyak faktor seperti pola makan, tidak PHBS (berperilaku hidup bersih dan sehat), dan tidak menjaga kebersihan lingkungan," ujar Dimas dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Senin (5/2).

Pengalaman membantu pemulihan kasus gizi buruk di Asmat memperlihatkan, kondisi pasien sudah bagus dan diperbolehkan pulang, tetapi beberapa waktu kemudian pasien tersebut kembali lagi dengan masalah yang sama. Gizi buruk bukan hanya soal makan. Pasien sudah kembali ke kampung, tapi balik lagi ke rumah sakit dengan gizi buruk.

"Karena orang tuanya tidak memberi pola makan yang benar dan lingkungan tidak bersih," ucap Dimas.

Tim IDAI pun merekomendasikan kepada pemerintah agar pascapemulangan pasien perlu mengajak kader per distrik untuk datang ke Agats. Tujuannya untuk merawat warga dari distrik yang sama sekaligus dilatih menangani kasus agar tidak terulang dan kader terus dapat melakukan pendampingan perbaikan pola makan anak dan keluarganya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement