Selasa 06 Feb 2018 00:24 WIB

Setnov Hingga Airlangga Bujuk Fahri Pindah Partai

Tak hanya Golkar ajakan bergabung juga datang dari partai lain.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Indira Rezkisari
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fahri Hamzah menyampaikan tanggapan terkait kasus dugaan korupsi Ketua DPR Setya Novanto di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (16/11).
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fahri Hamzah menyampaikan tanggapan terkait kasus dugaan korupsi Ketua DPR Setya Novanto di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (16/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengakui berkali-kali diajak untuk bergabung dengan Partai Golkar. Ajakan ini disampaikan oleh mantan Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto dan juga pernah dilakukan oleh Ketua Umum Golkar saat ini Airlangga Hartarto.

Namun ajakan itu menurut Fahri, ternyata merupakan pesan dari Presiden Joko Widodo. "Saya berkali kali memang diajak ngomong sama Pak Nov dan pernah juga oleh Pak Airlangga bahkan kalau Pak Nov ini dia bilang ini pesannya Pak Jokowi yah begitu. Silahkan konfirmasi juga pada Pak Nov. Dia bilang pesannya Pak Jokowi, ngomongnya begitu ke saya," ujar Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta pada Senin (5/2).

Tak hanya Golkar juga kata Fahri, ajakan bergabung ke partai lain kepada dirinya juga datang dari teman dari partai lain. Namun demikian, ia tidak kemudian langsung memutuskan bergabung dengan partai lain termasuk Golkar meskipun PKS telah memecatnya. Bahkan meski Fahri juga terancam tidak dapat maju kembali sebagai calon legislatif periode mendatang dari PKS.

"Semua partai hampir mengajak saya dengan segala macam dan perjanjian. Tapi terus terang saya karena saya pendiri yah saya harus bertahan begitu. Meskipun saya diusir dan saya akan tetap berada di sini selagi hukum mengatakan saya tetap ada di sini. Itu yang saya sampaikan pada teman-teman kemarin," ujar Fahri.

Menurutnya, ia memilih untuk tetap bertahan di PKS. Kendati pun ia terus melakukan perlawanan terhadap proses pemecatan dari partainya tersebut. "Saya ini pendiri partai sebagai pendiri saya harus setia dengan cita cita saya dalam mendirikan partai," ujar Fahri.

"Jadi kalau saya tidak menunjukkan contoh kesetiaan pada ide dan cita-cita, itu kurang bagus. Saya kan di PKS itu diusir bukan pergi. Makanya saya nggak mau pergi. Makanya saya melawan secara hukum saya nggak mau pergi dan saya menunjukkan bahwa kelakuan elit PKS salah dalam perspektif PKS sebagai partai kader," ujar Fahri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement