REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perhimpunan Indonesia-Tionghoa (INTI) mengusulkan adanya tim peduli kebersihan di kawasan Tanah Abang. Ide ini muncul dari anggota INTI DKI, Adian Radiatus.
Adian menceritakan, pascakerusuhan tahun 1998, DKI mengalami masalah pangan dan kemiskinan. Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso mengumpulkan para pengusaha untuk membentuk tim peduli DKI.
Mereka diminta untuk mengumpulkan dana abadi guna membantu masyarakat miskin di 267 kelurahan yang masuk dalam kategori kumuh dan sangat kumuh. Dana itu digunakan untuk memberikan bantuan 10 kilogram beras bagi tiap kepala keluarga (KK).
Tim ini dikelola oleh pihak swasta. Setiap Sabtu, mereka mendistribusikan 2.000 karung beras ke daerah-daerah kumuh berdasarkan kupon yang telah ditentukan. Menurut Adian, tim ini sangat penting dalam proses pembangunan di DKI.
Menurut Adian, saat ini DKI Jakarta menghadapi permasalahan yang berbeda. Ada tiga masalah utama yang perlu dituntaskan di Ibu Kota, yaitu ketertiban, kebersihan, dan keindahan.
Ia menyoroti wilayah yang baru-baru ini banyak menjadi pembicaraan, yaitu Tanah Abang. "Dua hari lalu, sore-sore saya lihat Tanah Abang memang sampahnya sangat tidak teratur. Walau titiknya banyak, tapi sampah ada di mana-mana. Ini sangat memprihatinkan," ujar dia.
Adian mengatakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta telah mengakomodasi para pedagang kaki lima untuk menyambung hidup di Jakarta. Namun, kepentingan Pemprov untuk menjaga kebersihan kota belum diakomodasi oleh para pedagang.
Ia menyarankan, ada satu atau beberapa hari dimana para pedagang diminta untuk berhenti berjualan. Mereka dikumpulkan dalam satu pertemuan untuk diberi arahan dalam menjaga ketertiban, kebersihan, dan keindahan. "Tanpa ini kota tidak akan tenang," ujar dia.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno menyambut usulan tersebut. Menurut politikus Partai Gerindra ini, masalah sampah memang tidak bisa diselesaikan hanya oleh Pemprov. "Saya setuju banget kalau nanti ada sesi memotivasi para pedagang kaki lima," kata dia.
Sandiaga mengatakan, masalah sampah menjadi pelik sebab ini terkait dengan pola pikir masyarakat. Tak hanya di kalangan pedagang kaki lima, kesadaran akan pentingnya kebersihan juga belum tumbuh di kalangan masyarakat kelas menengah. "Mereka pendapatannya meningkat, tapi gaya hidupnya masih buang sampah sekarang," kata lulusan Wichita State University dan George Washington University ini.
Menurut dia, Pemprov akan menggandeng semua elemen masyarakat untuk peduli terhadap masalah sampah dan kebersihan. Tak hanya di kalangan pedagang kaki lima, semua elemen masyarakat perlu dimotivasi untuk mengurangi produksi sampah. "7.000 ton sampah yang kita hasilkan tiap hari. Ini luar biasa," ujar dia.
Sandiaga mengatakan, harus ada gerakan memungut sampah di DKI. Ia mengaku telah mengikuti beberapa kegiatan hari memungut sampah (clean-up day). Namun, gerakan seperti ini perlu didorong agar lebih masif di masa mendatang.