REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Indria Samego menilai 'kartu kuning' yang diberikan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) kepada Presiden Joko Widodo saat Dies Natalis ke 68, Jumat (2/2) adalah hal biasa.
"Tidak perlu over reaktif atas kritik seperti itu, apalagi yang menyampaikan mahasiswa. Hal yang biasa dalam negara demokrasi," kata Indria Samego saat dihubungi Republika.co.id.
Menurutnya pendukung Jokowi tak perlu kemudian berlebihan karena seorang mahasiswa yang mengacungkan kartu kuning ke presiden. Apalagi sampai mengaitkan ke soal tuduhan bahwa presiden BEM UI Zaadit Taqwa, yang mengacungkan kartu kuning berafiliasi dengan PKS.
Baca juga, Jokowi Disodori 'Kartu Kuning', Johan Budi: Presiden Biasa Saja.
"Karena dari 190 juta pemilih Indonesia saat Pilpres lalu punya hak untuk mengkritik presiden yang dipilih. Karena itu bagian ekspresi demokrasi," ujarnya.
Kalau kritik itu memang bertujuan baik. Seharusnya menjadi masukan bagi pemerintah untuk memperbaiki mana kinerja yang belum baik sesuai tujuan Nawacita presiden Jokowi di saat kampanye. Apalagi yang memberi kritik itu, kata dia, adalah mahasiswa.
Tentu hal yang sangat lunrah mahasiswa memberi kritik, bila diibaratkan seperti bermain sepak bola dengan kartu kuning pertama sebelum kartu merah. "Jadi tidak perlu berlebihan menyikapi kritik," katanya.
Terkait capaian Nawacita Jokowi, di empat tahun perjalanan pemerintahan, diakuinya memang ada beberapa hal yang dirasakan masyarakat belum sesuai dengan cita cita Nawacita. Namun tentu dari semua yang kurang ada beberapa hal yang menurut dia sudah cukup baik dilakukan presiden.
Ia berharap di satu tahun yang masih tertinggal ini presiden Jokowi bisa mengebut mana kekurangan yang belum sesuai Nawacita kampanye Jokowi saat pilpres 2014 lalu.