REPUBLIKA.CO.ID, BUKITTINGGI -- Potensi kebakaran lahan dan hutan di wilayah Provinsi Sumatra Barat tergolong cukup besar karena kondisi cuaca yang kering saat ini. Hal itu diungkapkan Kepala Seksi Observasi dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Ketaping, Budi Samiaji
Budi Samiaji ketika dikonfirmasi dari Bukittinggi, Jumat (2/2), mengatakan potensi itu berlaku hampir di seluruh wilayah Sumbar. Terutama pada daerah yang sering terjadi kebakaran hutan dan lahan seperti Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Pesisir Selatan, dan Kabupaten Pasaman.
Untuk potensi hujan, ia mengatakan baru berupa hujan lokal dan terpantau hanya berpotensi di wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Kepala Seksi Observasi BMKG Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Koto Tabang, Budi Satria mengatakan berdasarkan data pantauan titik panas atau hotspot yang dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) pada 1 Februari 2018 sebanyak 31 titik panas terpantau di wilayah Sumbar.
Ke-31 titik terdeteksi dengan tingkat kepercayaan 71 persen sampai 100 persen yang umumnya tersebar di wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota,
Informasi titik panas yang terdeteksi satelit diharapkan dapat ditindaklanjuti oleh pemangku kepentingan yang terkait dengan memastikan keadaan yang sebenarnya di lapangan. Sementara bagi masyarakat diimbau agar menghindari aktivitas yang dapat memicu terjadinya kebakaran lahan.