REPUBLIKA.CO.ID, TIMIKA — Markas Besar Tentara Nasional Indonesia mempertimbangkan untuk mengerahkan kapal rumah sakit TNI, yaitu KRI Yos Sudarso. Langkah ini untuk membantu percepatan penanganan wabah campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat, Provinsi Papua.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan, Kejadian Luar Biasa (KLB) campak dan gizi buruk di Asmat sudah bisa teratasi dengan kehadiran Satgas Kesehatan Terpadu yang melibatkan TNI, Polri, Kementerian Kesehatan, Pemda dan unsur terkait lainnya. Kendati demikian, pengerahan KRI Yos Sudarso ke Asmat masih dimungkinkan untuk bakti sosial atau bakti kesehatan.
"Rencana itu ada. KRI Yos Sudarso bisa juga kita kerahkan ke sini dalam rangka memperkuat bakti kesehatan atau bakti sosial," kata Marsekal Hadi di Timika, Kamis (1/2).
Dalam kunjungan kerja ke Kabupaten Asmat pada Kamis pagi, Panglima TNI bersama rombongan yang menggunakan tiga pesawat dari Bandara Mozes Kilangin Timika melihat kondisi geografis Asmat. Sungai-sungai lebar di Asmat sangat memungkinkan untuk kegiatan bakti kesehatan menggunakan KRI Yos Sudarso.
"Saya melihat dari udara muara sungai di Asmat itu lebar-lebar sehingga bisa dilintasi oleh kapal rumah sakit TNI," ujarnya.
Dengan melihat kondisi nyata di Asmat itu, Panglima TNI akan membuka komunikasi dengan berbagai instansi terkait di Jakarta. Terutama dalam hal penyediaan sarana dan teknologi informasi di wilayah-wilayah terpencil Asmat.
Dia mengatakan, kalau bisa segera dipasang VSAT di beberapa lokasi sehingga menjadi stasiun bumi kecil milik TNI untuk memudahkan akses informasi dari kampung-kampung terpencil ke pusat. "Saya akan mendorong agar Kementerian Kominfo bisa membantu penyediaan BTS (Based Transceifer Station) menggunakan tenaga surya sehingga dapat memudahkan warga untuk melakukan komunikasi jika terjadi hal-hal yang sifatnya penting dan mendesak," kata Marsekal Hadi.
Foto udara hamparan rumah di atas rawa dan sungai di kota Agats Kabupaten Asmat, Papua, Senin (29/1). (Antara/M Agung Rajasa)
Meski wabah campak dan gizi buruk di Asmat sudah bisa tertangani, tetapi Panglima TNI tetap memerintahkan Satgas Kesehatan Terpadu untuk menggelar kegiatan di Asmat selama kurun waktu 270 hari atau hampir satu tahun ke depan.
Selama kunjungan sehari di Asmat, Panglima TNI bersama rombongan menemui anak-anak yang masih dirawat di RSUD Asmat di Kota Agats. Panglima TNI juga meninjau Posko Tim Kesehatan Terpadu dan menerima laporan soal penanganan pasien campak dan gizi buruk yang telah dilakukan oleh Tim Kesehatan Terpadu.
Hadi mengatakan Tim Kesehatan Terpadu telah menangani lebih dari 600 anak-anak dan balita yang terserang campak dan gizi buruk selama operasi kemanusiaan di Asmat. Selain itu, sebanyak 13.336 orang, terutama anak-anak dan balita yang bermukim pada 224 kampung atau desa telah diberikan vaksinasi campak.
Jumlah pasien yang kini berobat atau dirawat di RSUD Asmat juga telah berkurang drastis, tinggal beberapa orang saja. Wabah campak dan gizi buruk melanda Asmat sejak September 2017 hingga awal Januari. Berdasarkan laporan resmi Kementerian Kesehatan RI, tercatat 71 anak-anak meninggal dunia akibat serangan campak dan masalah gizi buruk di Asmat tersebut.
Baca juga: TNI akan Kerahkan Kapal Buka Transportasi Asmat