REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA -- Angin kencang masih melanda Wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan). Curah hujan pun masih minim.
Forecaster BMKG Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Ahmad Faa Izyn menjelaskan, saat ini masih terjadi ganguan cuaca. Yakni adanya selisih perbedaan tekanan udara hingga mencapai 25 milibar di Asia dengan Australia, yang mengakibatkan gaya tarik massa udara berupa angin kencang.
Selain itu, lanjut Faiz, gangguan cuaca tersebut juga mengakibatkan pertumbuhan awan-awan hujan menjadi tidak maksimal. Akibatnya, curah hujan jadi berkurang/di bawah normal. ''Kondisi itu diprakirakan masih terjadi dalam enam hari ke depan,'' terang Faiz, Rabu (31/1).
Berdasarkan pantauan Republika, terutama di wilayah Indramayu dan Cirebon, angin kencang terjadi sejak pertengahan Januari 2018. Kencangnya tiupan angin itu meningkat sejak sepekan terakhir.
Kencangnya tiupan angin itupun terasa kering. Cuaca juga terasa sangat terik. Padahal, menurut prakiraan BMKG, semestinya saat ini wilayah Ciayumajakuning memasuki puncak musim hujan.
Sementara itu, kencangnya tiupan angin membuat nasib nelayan kecil jadi terpuruk. Mereka tak berani melaut karena khawatir dihantam gelombang tinggi di laut. ''Ya nelayan kecil sih paceklik, tak bisa melaut,'' kata salah seorang nelayan di daerah Glayem, Kecamatan Juntinyuat, Warsudi.
Terpisah, Kepala Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, Asep Suryana, mengakui, kencangnya tiupan angin seperti saat ini membuat sebagian besar nelayan kecil tak berani melaut. Pasalnya, angin kencang bisa menimbulkan gelombang tinggi yang membahayakan kapal mereka. ''Tapi memang ada saja nelayan kecil yang tetap memaksakan diri melaut,'' terang Asep.
Asep menyebutkan, jumlah total nelayan di Kabupaten Indramayu ada 39 ribu orang. Dari jumlah itu, nelayan kecilnya ada sekitar 25 ribu orang. ''Nelayan kecil adalah nelayan yang melaut dengan menggunakan kapal kurang dari 10 gross ton,'' ujar Asep.