Selasa 30 Jan 2018 14:17 WIB

Kazakhstan Tertarik Pendekatan Lunak Tangani Terorisme

Pendekatan ini efektif karena mantan teroris menunjukkan pengalaman sebelumnya.

Ketua BNPT Suhardi Alius
Foto: BNPT
Ketua BNPT Suhardi Alius

REPUBLIKA.CO.ID, ASTANA -- Pola pendekatan lunak (soft approach) dalam menangani kasus terorisme yang selama ini dilakukan oleh Indonesia melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam penanganan masalah terorisme sepertinya menjadi sesuatu yang menarik bagi Pemerintah Kazakhstan.

Hal itu terungkap saat Kepala BNPT, Komjen Pol Suhardi Alius, saat melakukan pertemuan dengan  Deputi Chairman National Security Committee (NSC) Kazakhstan,  Nurgali Dauletbekovich Billsbekov, dalam sebuah acara working dinner di Astana, ibukota Kazakhstan pada Rabu (24/1) lalu dalam rangka menindak lanjuti Kesepakatan Kerjasama Penanggulangan Terorisme antara Indonesia dan Kazakhstan.

“Dalam pertemuan tersebut secara khusus kami memberikan penjelasan secara utuh mengenai apa yang sudah dikerjakan oleh oleh Indonesia dalam kaitannya mengenai counter terrorism. Dan kami  sampaikan bahwa kami melakukan pendekatan soft approach dalam penanganan terorime di Indonesia. Atas penejelasan kami tersebut  Deputi Chairman NSC terlihat terkesan,” ujar Kepala BNPT, Komjen Polri Suhardi Alius dalam siaran persnya, Selasa (30/1).

Lebih lanjut mantan Kabareskrim Polri ini menjelaskan bahwa dalam melaksanakan pendekatan lunak ini pihaknya menggandeng para mantan pimpinan kelompok teroris yang telah bertobat, sebagai pembicara untuk program deradikalisasi. Pendekatan ini efektif karena mantan teroris ini telah menunjukkan dan mengungkapkan pengalaman mereka sebelumnya. Selain itu Kepala BNPT juga menceritakan kalau pihaknya juga melibatkan organisasi Islam seperti Nahdatul Ulama dan Muhamadiyah.

“Dari penjelasan itu tadi maka pola soft approach inilah yang menjadi poin besar buat mereka juga, bahwa tidak selamanya pola penanganan dengan metode hard approach itu bisa menghasilkan suatu solusi tapi juga harus mengidentifikasi akar masalah,” ujar alumni Akpol tahun 1985 ini.

Lebih lanjut mantan Kapolda Jawa Barat dan Kadiv Humas Polri ini mengatakan bahwa dalam melakukan pembeicaraan tersebut dirinya juga menjelaskan mengenai pendekatan yang dilakukan BNPT dalam menangani kasus radikalisasi melalui media sosial dan dunia maya 

“Kami sampaikan bahwa dalam menangani radikalisme melalui dunia maya ini kami merekrut generasi penggiat media sosial dan internet untuk menjadi duta damai di duna maya. Mereka bertugas menyebarkan pesan-pesan damai dan positif dengan bahasa anak muda di media sosial dan internet,”  kata mantan Wakapolda Metro Jaya ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement