Rabu 17 Jan 2018 15:40 WIB

Demam Keong Hambat Upaya Pengurangan Stunting

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Indira Rezkisari
Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro
Foto: Republika/ Wihdan
Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro mengaku, eradikasi penyakit Schistosomiasis atau demam keong harus segera dilakukan. Ia mengatakan, saat ini masih terdapat penyakit langka atau penyakit tropis terabaikan di Indonesia, salah satunya adalah demam keong.

"Kalau tidak dihilangkan, demam keong justru akan menghambat program pemerintah lainnya, yakni untuk mengurangi stunting," ujar Bambang di Jakarta, Rabu (17/1). Menurut Bambang, demam keong justru bisa meningkatkan risiko stunting dan kemudian berdampak mengurangi produktivitas penduduk di lokasi endemis. Hingga akhirnya akan berdampak pada masalah pembangunan sosial dan ekonomi.

Eradikasi demam keong, kata Bambang, sejalan dengan komitmen Indonesia untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). Bambang mengatakan, kolaborasi lintas sektor serta kerja sama pemerintah pusat dan daerah menjadi kunci utama keberhasilan eradikasi demam keong.

Ia mengaku, dalam peta jalan eradikasi demam keong terdapat beberapa strategi utama, seperti pengobatan pada manusia dan hewan, manajemen pola penggembalaan ternak, pemberantasan keong secara kimiawi, dan penguatan sistem pengawasan. Selain itu, pemerintah juga akan melakukan rekayasa lingkungan baik melalui pencetakan sawah maupun pengembangan perkebunan hutan, penyediaan air bersih dan sanitasi, serta kampanye perubahan perilaku.

"Roadmap Eradikasi Schistosomiasis 2018-2015 dilaksanakan untuk meningkatkan komitmen seluruh pemangku kepentingan baik di tingkat pusat dan daerah," ujar Bambang.

Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola mengatakan, penanganan terhadap demam keong sudah sejak lama dilakukan pemerintah daerah. Meski begitu, keterbatasan dana dan belum adanya sinergi lintas sektor membuat pemberantasan demam keong tak kunjung berhasil.

"Ini memang sudah lama kami tunggu-tunggu. Apalah daya pemda kemampuannya terbatas," ujar Longki.

Ia berharap, dengan kerja sama tingkat nasional yang telah dicanangkan dapat menghilangkan demam keong di wilayah endemis. Penanganan pada demam keong, kata Longki, dapat mendukung program pemerintah daerah dalam mengembangkan pariwisata terutama di Kabupaten Poso dan Sigi.

"Ini tugas kita bersama agar wisata bisa datang," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement