Senin 15 Jan 2018 18:22 WIB

Kampanye Politik Jangan Sajikan Aksi Artis Panggung Seronok

Pilkada (ilustrasi)
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Pilkada (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) berharap kampanye politik pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2018 harus ramah pada anak. Karena, kampanye-kampanye politik sering kali menghadirkan artis di atas panggung dengan atraksi yang tidak pantas disaksikan anak-anak.

Sekjen LPAI, Henny B Hermanoe di Jakarta, Senin (15/1) mengatakan LPAI menerima pengaduan masyarakat tentang sebuah kegiatan politik berupa kampanye aktor politik praktis. Masyarakat mengeluhkan pertunjukan panggung pada kegiatan kampanye tersebut yang tidak ramah pada anak.

''LPAI telah memeriksa foto-foto dan video terkait dan menaruh keprihatinan mendalam terhadap perhelatan kampanye politik dan sejenisnya yang tidak ramah anak,'' katanya. "Kehadiran artis di atas panggung dengan atraksi yang tidak pantas disaksikan anak-anak, sudah menjadi praktik usang tentang bagaimana memosisikan anak-anak dalam kancah demokrasi di Indonesia.''

Dia menambahkan anak-anak memang belum memiliki hak mencoblos. Terkesampingkannya anak-anak dari jagat politik, lanjut dia, merefleksikan cara pandang masyarakat partai serta aktor politik bahwa anak-anak tetap dipandang sebagai manusia pasif.

"Potensi anak untuk terlibat aktif sebagai insan politik justru dinihilkan. Jadi masuk akal jika dinyatakan ada ruang yang tetap vakum dan aktor yang sengaja dibikin diam dalam proses demokratisasi. Suara anak-anak tidak cukup nyaring untuk didengar," kata dia.

Pihaknya juga mendukung calon wakil rakyat atau pun kepala daerah yang sejak masa kampanye sudah memperjuangkan itu semua seraya menunjukkan kehati-hatian dan kearifan dalam menyikapi kehadiran anak-anak di forum-forum terbuka. "Kami juga berhara sikap penuh kehati-hatian dan kearifan sejak masa kampanye menjadi bagian dari komitmen parpol dan politisi," kata dia.

Alat-alat peraga kampanye yang menampilkan sosok anak-anak, pada dasarnya, tidak bermasalah. Praktik seperti itu di negara-negara demokratis sudah ada sejak tahun lima puluhan. "Justru bernilai edukatif manakala parpol dan calon kepala daerah menyandingkan foto anak-anak dengan pesan positif, semisal rajin beribadah, anti-LGBT, antinarkoba, antikorupsi, imunisasi lengkap, layanan kesehatan berkualitas, keluarga harmonis, dan lainnya," ujar dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement