Selasa 09 Jan 2018 08:44 WIB

Bersiap Menikmati Seduan Kopi di Kampung Kopi Madigondo

Memanen kopi (ilustrasi)
Memanen kopi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KULON PROGO -- Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengembangkan kampung kopi di Madigondo, Desa Sidoharjo dan Keceme, Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh.

"Di dua dusun tersebut merupakan kawasan pengembangan kopi jenis robusta. Masyarakat di sana sudah melakukan pengembangan kopi dari hulu sampai hilir," kata Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo Widi Astuti di Kulon Progo, Selasa (9/1).

Ia mengatalan pengembangan kampung kopi ini didesain sebagai agrowisata, yakni wisata berbasis perkebunan. Wisatawan dapat menikmati kebun kopi, memetik kopi, mengolah dan menyedu kopi yang telah mereka buat. "Ke depan, rumah-rumah warga di Magigondo dan Keceme memiliki warung atau kafe kopi buatan mereka sendiri," harapnya.

Widi mengatakan kopi Kulon Progo memiliki nama pasar Kopi Suroloyo dan Kopi Menoreh hasil dari olahan kopi jenis robusta. "Mayoritas, masyarakat menaman kopi jenis robusta. Kopi Kulon Progo memiliki ciri khas yang unik, karena ditanam di kawasan yang heterogen," katanya.

Luas areal perkebunan kopi di Kulon Progo mencapai sekitar 783 hektare tersebar di Kecamatan Samigaluh, Girimulyo, Kalibawang, Kokap dan sebagian kecil di Kecamatan Pengasih. Produksi kopi yang dihasilkan pada 2016 sekitar 416,3 ton.

Produksi kopi yang dihasilkan pada 2012 mencapai 781,4 ton. Produksi kopi terpuruk pada 2015 hanya tinggal sekitar 366,4 ton. Seiring pemasaran kopi membaik, produksi pada 2016 mengalami peningkatan menjadi sekitar 416,3 ton. "Kopi memang menjadi produk unggulan perkebunan Kulon Progo," katanya.

Ia mengatakan Dinas Pertanian dan Pangan sudah memberikan bantuan alat mengolah kopi hingga alat penyeduh kopi kepada masyarakat di Madigondo dan Keceme. Bantuan tersebut diharapkan mampu menggerakan ekonomi masyarakat. "Tujuan utama dari pengembangan kampung kopi adalah menggerakan ekonomi masyarakat, dan akhirnya menyejahterakan mereka," kata dia.

Sementara itu, Dinas Perdagangan Kulon Progo mendorong pelaku industri kopi di wilayah ini mulai menyiapkan diri menghadapi rencana beroperasinya Bandara New Yogyakarta Internasional Airport pada 2019.

Kepala Bidang Industri Dinas Perdagangan Kulon Progo Dewantoro mengharapkam pelaku industri kopi mengantisipasi adanya pembangunan bandara yang merupakan peluang pasar bagi para pengrajin olahan kopi.

"Program Bedah Menoreh yang akan melintasi wilayah Samigaluh dan Kalibawang. Untuk itu, pengusaha industri kopi agar tidak menjadi penonton, tidak mampu berbuat apapun juga, namun jadilah pelaku yang mampu memanfaatkan peluang ekonomi tersebut menjadi sumber penghasilan dan peningkatan ekonomi masyarakat," imbau Niken.

Ia mengatakan Dinas Perdagangan memberikan pelatihan kepada pengusaha industri kopi, mulai dari teknik penyusunan komposisi sajian kopi, pemanfaatan kopi sebagai bahan olahan makanan juga dikenalkan variant sajian kopi yang selama ini menjadi kesukaan konsumen, utamanya tamu hotel. "Harapannya pengusaha kopi mampu melayani tamu dari semua lapisan dengan segala adat berbeda, tapi tetap mengedepankan cita rasa kopi Kulon Progo," katanya.

Ia mengatakan pelatihan kepada pengusaha industri kopi dalam rangka membuka wawasan agar pola pikir mereka berorientasi pada konsumen dan pengembangan produk. "Kami berharap pengusaha industri kopi berkreasi dan berinovasi, dan membawa olahan kopi Kulon Progo memilik nama yang mampu mengakselerasi bertumbuhkembangnya industri kopi di Kulon Progo," katanya.

Ia berharap kopi Menoreh dari Kulon Progo memiliki cita rasa khas, sehingga terkenal seperti Kopi Raung, Kopi Kerinci, dan Kopi Toraja. "Kami mendorong mereka bekerja kreatif dan inovatif, dalam rangka mendukung perkembangan pariwisata di Kulon Progo," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement