REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga, berupaya mencegah penularan penyakit kaki gajah di Desa Candinata, Kecamatan Kutasari. Itu menyusul temuan salah satu warga yang positif mengidap penyakit kaki gajah.
''Mengelemiminasi penyebaran penyakit ini, kami harus segera memeriksa darah warga yang tinggal bersama dengan penderita dan juga warga yang tinggal di sekitarnya,'' jelas Kepala Dinas Kesehatan Purbalingga, drg Hanung Wikantono, Senin (8/1).
Dia menyebutkan, penderita yang dipastikan mengindap kaki gajah bernama Risno (21), warga Dusun Munggangsari Desa Candinata. Sebelumnya, yang bersangkutan diketahui bekerja di perkebunan kelapa sawit Provinsi Bangka Belitung selama enam bulan.
''Dia pulang ke Purbalingga pada akhir September karena sakit. Namun yang bersangkutan baru diketahui menderita penyakit Kaki Gajah pada pekan kedua bulan Desember 2017, setelah dilakukan pemeriksaan menyeluruh,'' jelasnya. Yang bersangkutan, saat ini sedang menjalani pengobatan di rumahnya.
Hanung menyebutkan, penyakit kaki gajah disebabkan oleh cacing filariasis. Bila tidak segera ditangani, penyakit ini menyebabkan salah satu atau kedua kaki penderita membengkak dan tidak dapat diobati.
Sedangkan penularan cacing, menurut Hanung, biasanya melalui nyamuk. Namun berbeda dengan penyakit DB atau Malaria yang penyeberannya oleh jenis nyamuk tertentu, semua jenis nyamuk bisa menyebarkan penyakit ini pada orang lain.
Untuk itu, Hanung menyebutkan, untuk menghindari penularan penyakit ini, pihaknya harus mengambil sampel darah pada seluruh warga yang tinggal serumah dengan penderita atau tetangga penderita. ''Hal ini untuk memastikan apakah ada warga lain yang sudah tertular atau belum,'' katanya.
Menurutnya, pengambil sampel darah dilakukan pada Sabtu (6/1) malam lalu. Seluruhnya ada 225 warga yang diambil sampel darahnya melalui sampel darah di ujung jari (SDJ). ''Pengambilan darah dilakukan malam hari, karena telur cacing filariasis akan turun ke pembuluh darah tepi atau pada ujung jari pada malam hari,'' katanya.
Dia juga menyebutkan, sampel darah tersebut saat ini sudah dikirim ke Semarang untuk dilakukan pemeriksaan di laboratorium provinsi. Hasil uji lab, kemungkinan sudah bisa diketahui setelah sepekan pemeriksaan. ''Dari hasil pemeriksaan, baru akan kita putuskan langkah lebih lanjut. Apakah perlu dilakukan pengobatan massal atau tidak,'' katanya.