Jumat 05 Jan 2018 16:16 WIB

Harimau Penerkam Warga Inhil Berkeliaran Sejak 2016

Ilustrasi Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae).
Foto: Antara/Maulana Surya
Ilustrasi Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae).

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau menyatakan Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang menyerang warga di Indragiri Hilir hingga tewas, mulai terdeteksi disekitar perkebunan dan permukiman sejak 2016.

"Dari Desember 2016 sudah ada laporan warga terkait keberadaan harimau itu," kata Pelaksana Tugas Kepala BBKSDA Riau, Haryono di Pekanbaru, Jumat (5/1).

Dalam beberapa kesempatan, harimau tersebut juga terekam kamera yang telah dipasang oleh BBKSDA Riau. Beberapa jepretan kamera menunjukkan bahwa harimau tersebut berusia remaja, namun belum diketahui jenis kelamin serta jumlah harimau di sekitar lokasi kejadian.

Hanya saja, pria yang sebelumnya menjabat kepala BKSDA Bali itu memperkirakan lebih dari harimau yang berada disekitar tempat kejadian perkara, tepatnya di perkebunan sawit PT Tabung Haji Indo Plantantion (THIP), Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Indragiri Hilir.

Di lokasi itu, Jumiati, salah seorang karyawan PT THIP meregang nyawa setelah diterkam sang raja rimba, 3 Januari medio pekan ini. Perempuan berusia 33 tahun itu tewas dengan kondisi mengenaskan saat bekerja di KCB 76 Blok 10 Afdeling IV Eboni Estate.

Meski terpantau sejak satu tahun lalu, Haryono membantah pihaknya tidak melakukan upaya pencegahan, identifikasi maupun translokasi. Menurut dia, sejak awal Januari 2017 pihaknya bersama dengan perusahaan yang berada di sekitar TKP serta didukung Kepolisian dan lembaga swadaya masyarakat pegiat konservasi terus mematangkan upaya pencegahan dan penanggulangan.

Dirinya membantah jika dinilai baru bergerak ketika ada serangan Harimau yang menewaskan Jumiati. Menurut dia, perencanaan matang terus dilakukan mengingat untuk identifikasi harimau bukan perkara mudah. "Bukan hari ini saja tiba-tiba kita berencana melakukan kegiatan translokasi," ujarnya.

Dia mengatakan daya jangkau harimau yang begitu luas, mencapai 100-300 kilometer membutuhkan perencanaan matang dan penelitian sehingga diketahui home range raja hutan tersebut. "Bisa dibayangkan dengan kemampuan jelajah itu, dibutuhkan langkah-langkah secara terencana dan tidak asal-asalan dalam melakukan evakuasi. Ada ketentuan yang perlu kita patuhi," urainya.

Selain itu, dia juga mengklaim sejatinya akan menurunkan tim terpadu awal Januari 2018 ini setelah BBKSDA Riau serta pihak terkait lainnya merampungkan rencana penanggulangan satwa dilindungi itu. "Rencananya tanggal 4 (Januari 2018) kemarin akan kita turunkan tim. Namun tanggal 3 (Januari 2018) ada kejadian (Jumati diterkam harimau)," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement