Kamis 04 Jan 2018 06:15 WIB

Kelas Rusak Dihantam Gempa, Tenda Pun Jadi Ruang Belajar

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Budi Raharjo
Siswa SDN Sukasari, Kelurahan Gunung Tandala, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat belajar di tenda, Rabu (3/1). Sekolah mereka mengalami kerusakan akibat gempa pertengahan Desember lalu.
Foto: Republika/Rizki Suryarandika
Siswa SDN Sukasari, Kelurahan Gunung Tandala, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat belajar di tenda, Rabu (3/1). Sekolah mereka mengalami kerusakan akibat gempa pertengahan Desember lalu.

REPUBLIKA.CO.ID,TASIKMALAYA -- Alangkah malangnya proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di SDN Sukasari, Kelurahan Gunung Tandala, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Sebagian murid di sekolah ini tak bisa mengeyam KBM dengan normal di dalam kelas. Mereka terpaksa merampungkan KBM dengan menggunakan tenda.

Para murid tentu tak ingin belajar di tenda. Tapi apa mau dikata keinginan mereka tak sejalan dengan realita. Sebab ada kelas yang mengalami kerusakan karena musibah gempa mengguncang Tasikmalaya pada pertengahan Desember lalu. Pemandangan yang terlihat pun para siswa belajar di tenda dalam posisi lesehan. Senada dengan muridnya, guru pengajar juga mesti lesehan.

Nampak tergantung papan tulis sebagai media pembelajaran di ruangan tenda berukuran sekitar 10x5 meter persegi itu. Sepatu para murid dan guru berjejer di luar tenda tanda kebersihan dalam tenda harus terjaga. Meski belajar dalam kondisi seperti itu, ternyata tak mengurangi antusiasme murid. Mereka terlihat serius mengikuti pembelajaran.

Salah satunya, murid kelas 1, Tia yang merasa tak masalah kalau KBM harus pindah ke tenda sementara waktu. Perempuan yang mengaku bercita-cita sebagai dokter ini tetap terlihat ceria ketika belajar. "Enggak apa-apa kang belajar di sini, yang penting bisa belajar saya sudah senang, kan ke sini juga ketemu teman-teman karena sudah lama libur," katanya pada Republika di lokasi tenda, Rabu (3/1).

Hanya saja, Tia mengeluhkan panasnya hawa di dalam tenda ketika hari mulai beranjak siang. Keluhan serupa juga disampaikan murid lainnya, Eko. Hawa panas kerap menyekap dirinya saat belajar hingga menyulitkan diri untuk konsentrasi. "Hareudang euy kalau siang mah di dieu, (panas kalau siang di dalam tenda)," keluhnya singkat.

Tak hanya murid, keluhan tersebut juga disampaikan oleh guru kelas 1, Lisnawati. Perempuan berusia 49 tahun itu mengungkapkan baru pertama kali dalam hidupnya mengajar di dalam tenda. Menurutnya, para murid cenderung tidak fokus belajar saat berada di dalam tenda.

"Tidak nyaman, tidak kondusif karena panas dan gerah. Murid jadi tidak fokus, duduknya saja tidak nyaman ada yang sambil tiduran, tapi mau gimana lagi ya adanya kayak gini sekarang," ujarnya.

Ia menyebut sebenarnya terdapat 13 rombongan belajar di SDN Sukasari dengan total ruangan sembilan kelas. Dari sembilan itu, dua ruangan tak bisa digunakan karena dalam posisi rusak akibat gempa. Kerusakan kelas berupa retakan dinding dan atap bolong. Tak hanya ruangan kelas, dapur dan WC pun ikut mengalami kerusakan. Tapi pihak sekolah berupaya mengutamakan perbaikan ruang kelas lebih dulu.

Ruang kelas yang rusak ialah kelas 4 dan 5. Namun pihak sekolah mengatur bahwa kelas 1B dan kelas 3B dipindah KBM-nya ke tenda. Sedangkan kelas 4A dan 4B digabung di satu kelas. Sedangkan kelas 5 dipindah ke ruang kelas 3.

Total terdapat 50 murid yang menempuh KBM di tenda dari total 325 murid SDN Sukasari. Sedangkan kelas yang saat ini rusak, salah satunya digunakan sebagai ruang guru. Adapun ruang guru pun ikut digunakan bagi proses KBM para murid.

"Harus dikosongkan kelas yang rusak kalau kata BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) usai kunjungan mereka kemarin. Karena khawatir berpotensi roboh nanti mengancam nyawa siswa," tuturnya.

Ia berharap bantuan perbaikan sekolah segera diberikan agar KBM di tenda tak kunjung berlarut-larut. Apalagi, para murid, khususnya di Kecamatan Kawalu yang merupakan daerah pelosok tentu berhak atas pendidikan yang layak. Terlebih, selama ini, prestasi murid SDN Sukasari cukup menonjol. Berbagai piala dari kejuaraan tingkat lokal sudah terpajang di sekolah.

"Walau memang bukan sekolah favorit, ada saja murid disini yang juara lomba tenis meja atau catur tingkat Kota Tasik," sebutnya.

Sebelumnya, Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Tasikmalaya memastikan proses KBM di sekolah baik tingkat SD dan SMP tak mengalami gangguan usai musim libur panjang . Termasuk KBM di sekolah yang mengalami kerusakan akibat bencana gempa pada Desember lalu.

Kepala Disdik Kota Tasik, Achdiat Siswandi memang mengakui adanya kerusakan di sejumlah sekolah tingkat SD yang disebabkan gempa. Hanya saja menurutnya, kerusakan yang terjadi tak sampai mengganggu KBM. "Kegiatan KBM tidak terganggu karena tidak rusak parah sampai ambrol, dipindah ke ruang lain saja," jelasnya.

Ia menyebut khusus perbaikan bangunan gedung SD mendapat bantuan langsung dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Ia optimis perbaikan gedung yang mengalami kerusakan dapat cepat terlaksana supaya KBM berjalan normal kembali. "Bantuan 16 sekolah ke SD saja, kan datanya langsung dari dapodik jadi langsung," katanya.

Diketahui, Kemendikbud rencananya menyalurkan dana perbaikan bangunan Sekolah Dasar terdampak gempa di Kota Tasik sebesar 3,2 miliar rupiah. Tercatat berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Tasik terdapat 16 SD yang mengalami kerusakan lantaran guncangan gempa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement