Jumat 29 Dec 2017 11:04 WIB

Perempuan-Perempuan Prasejahtera Penjaga Persatuan

Ketua Kelompok Walet Ida Husniah membantu menghitung angsuran di hadapan anggota kelompok di pertemuan mingguan kelompok nasabah Mekaar PNM di Kelurahan Pakis, Banyuwangi, Jawa Timur.
Foto: Priyantono Oemar/Republika
Ketua Kelompok Walet Ida Husniah membantu menghitung angsuran di hadapan anggota kelompok di pertemuan mingguan kelompok nasabah Mekaar PNM di Kelurahan Pakis, Banyuwangi, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Priyantono Oemar, wartawan Republika

Sepekan sekali mereka berkumpul. Tujuan utamanya adalah membayar angsuran dan tabungan. Tetapi sebelum melakukan itu, mereka berdoa bersama, membaca janji nasabah dan janji bersama, dan membaca Pancasila bersama.

"Sekarang jadi hafal Pancasila lagi," ujar Lela Ponasari, Ketua Kelompok Kampung Kristal di Kebon Sayur, Manggarai, Jakarta Selatan, kepada saya, Jumat (15/12).

Lela dan anggota kelompoknya baru enam bulan ini rutin berkumpul seminggu sekali sebagai nasabah program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar). Ini merupakan program pembiayaan kelompok perempuan prasejahtera dari PT Permodalan Nasional Madani (PNM) dengan pinjaman Rp 2 juta per perempuan.

Sepekan sekali berkumpul untuk berdoa bersama, berjanji bersama, membaca Pancasila bersama, membuat Lela tak lagi gagap di hadapan anak-anaknya ketika anak-anaknya mendapat pekerjaan rumah menulis sila-sila Pancasila. "Maklum emak-emak, urusannya banyak, waktu sekolah dulu hafal Pancasila, setelah ngurus rumah nggak hafal," tutur Lela.

Supriyatin, warga Tebet, Jakarta Selatan, sudah menjadi nasabah program Mekaar PNM periode kedua dengan pinjaman meningkat dari Rp 2 juta per perempuan menjadi Rp 2,5 juta per perempuan. Rajin membaca doa bersama, janji bersama, membuat disiplin terjaga. "Alhamdulillah enggak ada yang nunggak di periode pertama,’’ ujar pedagang lauk matang dan kue lebaran itu.

Tak ada yang menunggak angsuran itu berarti setiap pekan, 25 anggota kelompok selalu hadir di pertemuan. Jika ada yang tidak hadir, maka kewajiban anggota lain yang menalangi angsuran. Mereka mewajibkan diri hadir minimal lima menit sebelum pertemuan dimulai.

"Jika ada yang datang terlambat dari waktu yang disepakati, diberi tanda di buku angsuran," ujar Supriyatin yang menjadi ketua Kelompok Cahaya Kristal. Tanda itu akan menjadi bahan pertimbangan bagi PNM untuk pemberian pinjaman periode selanjutnya bagi yang bersangkutan.

Tanda ini mendorong nasabah anggota kelompok untuk disiplin menaati aturan yang telah disepakati. Kebersamaan yang telah dibangun sejak awal, menurut survei dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Rofikoh Rokhim, membuat nasabah takut dikeluarkan dari kelompok, takut dimarahi kelompok, takut jadi bahan omongan kelompok, dan takut tak diajak lagi di pinjaman periode berikutnya.

Omelan dari anggota lain menjadi salah satu hal yang sangat diperhatikan para nasabah Mekaar PNM. Hal itu juga mendorong mereka disiplin datang di setiap pertemuan. "Mana enak diomelin banyak orang di pertemuan," kata Lela yang berjualan bumbu giling di Pasar Bukit Duri itu.

Di Kelompok Kampung Kristal, pernah ada satu anggota yang tak datang tanpa kabar. "Semua kesel, tapi kami selalu membaca uang cadangan, sehingga kami siap tanggung renteng menalangi angsuran anggota yang tidak masuk," ujar Yunarsih, ketua Sub I Kelompok Kampung Kristal, yang membuka rental Playstation 4.

Belakangan diketahui jika ketidakhadiran salah satu anggota itu karena ada informasi mendadak yang mengabarkan ada saudara meninggal. Maka, anggota lain yang semula ingin mengomelinya di pertemuan berikutnya, akhirnya memaklumi. Meski harus ada omelan, kata Yunarsih, tetap dalam suasana persaudaraan.

Pertemuan rutin itu telah meningkatkan rasa persaudaraan di antara mereka. "Padahal sebelumnya jalan masing-masing, hanya menyapa kalau ketemu, tapi sekarang kalau ketemu di jalan bisa ngobrolin perkembangan usaha," ujar Yunarsih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement