Jumat 29 Dec 2017 08:39 WIB

Wisatawan Australia dan Malaysia Merosot Jumlahnya ke Bali

Turis asing dari Asia Timur meninggalkan Pasar Seni Guwang Sukawati Kabupaten Gianyar Bali. Wisatawan asing dari kawasan ini dikenal gemar berbelanja di kawasan wisata yang dikunjunginya.
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Turis asing dari Asia Timur meninggalkan Pasar Seni Guwang Sukawati Kabupaten Gianyar Bali. Wisatawan asing dari kawasan ini dikenal gemar berbelanja di kawasan wisata yang dikunjunginya.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Dua dari sepuluh negara wisatawan terbanyak ke Bali yaitu Australia dan Malaysia merosot jumlahnya. Sedangkan delapan negara lainnya semakin bertambah masyarakatnya yang berlibur ke Pulau Dewata.

"Masyarakat Australia berlibur ke Bali berkurang 1,36 persen, sedangkan Malaysia berkurang 0,08 persen," kata Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali I Gede Nyoman Subadri di Denpasar, Jumat (29/12).

Ia mengatakan, masyarakat Australia yang datang ke Bali untuk menikmati panorama alam serta keunikan seni dan budaya Bali sebanyak 941.957 orang selama Januari-Oktober 2017, atau menurun 12.990 orang atau 1,36 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 954.957 orang.

Masyarakat negeri Kanguru yang ke Bali sebagian besar melalui Bandara Ngurah Rai dengan menumpang pesawat yang terbang langsung dari negaranya. Namun ada 10.031 orang melalui pelabuhan laut dengan menumpang kapal pesiar.

Australia yang menempati peringkat kedua terbanyak memasok turis ke Bali setelah Cina itu mampu memberikan kontribusi sebesar 18,76 persen dari total wisman ke Bali sebanyak 5,02 juta orang selama Januari-Oktober 2017, atau meningkat 948.919 orang atau 23,30 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 4,07 juta orang.

I Gede Nyoman Subadri menjelaskan, Malaysia yang menempati peringkat kesepuluh setelah Cina, Australia, Jepang, India, Inggris, Amerika Serikat, Prancis, Jerman dan Korea Selatan itu juga menurun hingga 120 orang atau 0,08 persen dari 142.616 orang pada periode Januari-Oktober 2017 menjadi 142.496 orang pada periode yang sama tahun 2017.

Delapan negara lainnya yang masyarakatnya semakin banyak berwisata ke Bali meliputi Cina yang meningkat 57,06 persen, Jepang 12,27 persen, India 55,10 persen, Inggris 15,39 persen, Amerika Serikat 18,39 persen, Prancis 10,09 persen, Jerman 19,18 persen dan Korea Selatan 26,77 persen.

Secara terpisah, Ketua Asita Bali Ketut Ardana mengatakan pascaerupsi Gunung Agung di Kabupaten Karangasem secara umum lokasi wisata di Bali masih aman untuk dikunjungi. Kecuali dalam radius 10 kilometer dari gunung tertinggi di Pulau Dewata yang berjarak sekitar 95 km timur kota Denpasar.

Hingga saat ini, pelayanan pariwisata masih berlangsung normal apalagi sebagian besar objek wisata hingga akomodasi wisata berada di Kabupaten Badung, Gianyar, dan Denpasar yang jauh dari kawasan rawan bencana. Pihaknya telah menjalin komunikasi intensif kepada mitra kerja di luar negeri termasuk perwakilan negara asing di Bali terkait situasi gunung berapi itu dengan berdasarkan informasi akurat dari instansi berwenang.

Sebelumnya, Kepala Dinas Pariwisata Badung, I Made Badra menyambut positif pencabutan "travel warning" oleh Pemerintah Cina terhadap warganya yang berkunjung ke Bali. "Kami bersyukur karena pemerintah Cina mencabut 'travel warning' ini, karena pemerintah Indonesia sudah meyakinkan bahwa Bali aman dikunjungi dan pemerintah juga memberikan garanti apabila terjadi 'stranded' akibat bencana erupsi Gunung Agung dengan membuat pernyataan kerja sama," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement