Sabtu 23 Dec 2017 14:41 WIB

Pakar: Kelompok LGBT Harus Hormati Hak Anak Indonesia

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Bayu Hermawan
Tolak LGBT/Ilustrasi
Tolak LGBT/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Neuropsikolog Ikhsan Gumilar menjelaskan, kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) pasti mengalami fase disonansi kognitif. Fase yang rentan terjadi pada anak usia remaja. Ia pun meminta kepada kaum LGBT untuk menghormati hak anak Indonesia untuk hidup sehat.

"Dari aspek psikologis, akan banyak orang galau siapa dirinya. Secara psikologis, dirinya lelaki tetapi merasa dirinya perempuan. Cognitive dissonance (disonansi kognitif), kontradisi apa yang ada di pikiran dengan kenyataannya," ujarnya dalam diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (23/12).

Ketika seseorang mengalami disonansi kognitif, orang tersebut mau tidak mau harus memecahkan kegalauannya. Menurut Ikhsan, banyak cara yang dapat dilakukan untuk memecahkan kegalauan tersebut. Ia pun mencontohkan ketika seseorang mengalami disonansi kognitif saat berbohong.

"Ketika mengalami saya bohong, saya rasa berbohong itu salah dan mencari cara bagaimana membenarkan hal itu. Jadi dengan begitu saya terus melakukan kebohongan," katanya.

Ikhsan menjelaskan, kaum LGBT juga mengalami fase tersebut. Semua orang yang mengalami orientasi seksual ke arah LGBT, sebelumnya mengalami fase disonansi kognitif. Ada beberapa perbedaan dalam pemecahan masalah kegalauan terkait orientasi seksual oleh seseorang.

"Bedanya, ada orang yang ketika galau mungkin masuk ke komunitas dan dibilang, 'tidak apa-apa, biasa karena minoritas.' Secara psikologis kalau begitu caranya mereka akan jadi LGBT. (Dan ada yang) jika mereka terus gamang dan galau, mereka akan nanya ke psikiater, orang-orang yang mungkin bisa menjawab kenapa bisa secara psikologis," jelasnya.

Usia remaja merupakan usia yang paling rentan mengalami disonansi kognitif. Ketika seorang anak memasuki masa remaja, kata Ikhsan, ia akan mencari jati dirinya. Secara psikologis, anak remaja merupakan manusia yang belum matang 100 persen.

"Karena itu saya minta ke temen LGBT, secara lapangan ini yang saya temukan, saya kerap bilang tolong jangan rekrut anak-anak dan remaja," ucapnya.

Ikhsan menjelaskan semua itu menjadi sulit karena mereka mengatasnamakan hak asasi manusia (HAM). Ia pun memaklumi alasan HAM tersebut dan mepersilakan bila kaum LGBT mau berkumpul.

"Hak Anda saya hormati, tapi satu, ada berapa puluh juta anak Indonesia, mereka yang punya hak untuk hidup sehat. Dan itu yang jadi concern saya," ujar Ikhsan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement