Sabtu 16 Dec 2017 16:41 WIB

22 Unit Buoy Tsunami Semua tak Beroperasi

Rep: mg01/ Red: Karta Raharja Ucu
Peringatan gempa Tasikmalaya dan ancaman tsunami.
Foto: twitter
Peringatan gempa Tasikmalaya dan ancaman tsunami.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Data dan Informasi Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, semua pelampung pendeteksi gelombang pasang (buoy) tsunami di Indonesia sudah tidak beroperasi lagi. Buoy tsunami adalah sebuah alat yang mengapung di permukaan air dan mampu mengirimkan sinyal adanya pergerakan air dari tsunami.

Tidak beroperasinya sendiri sejak 2012 karena mengalami vandalism dan kurangnya anggaran untuk pembiayaan dan perawatan. "Sehingga 22 buoy tsunami ini sejak 2012 tidak beroperasi," kata Sutopo saat konferensi pers di Kantor BNPB, Jakarta, Sabtu (16/12).

Ia menjelaskan, adanya buoy ini sangat membantu untuk mengetahui lebih jelas soal datangnya tsunami atau tidak setelah terjadinya gempa. Tsunami, kata dia, datang jika gempa bumi yang terjadi dengan kekuatan 7 SR dan berada di zona subduksi atau lempeng tektonik.

"Buoy tsunami hanya untuk memastikan kalau ada tsunami. (Jadi) lebih pasti menyampaikan kepada masyarakat akan datangnya tsunami atau tidak," kata Sutopo.

22 Buoy tsunami sendiri yang kala itu ada, dibangun tidak hanya oleh Indonesia yang membangun delapan unit buoy, tapi juga, Jerman sebanyak 10 unit, Malaysia bangun 1 unit, dan Amerika Serikat (AS) sebanyak 2 unit buoy. Menurut data BNPB, keadaan ini menyulitkan apakah benar tsunami benar terjadi di lautan atau tidak, saat Indonesia hanya mengandalkan 5 buoy tsunami milik internasional. 1 unit di barat Aceh milik India, 1 unit di Laut Andaman milik Thailand,  2 unit di selatan Sumba milik Australia, dan 1 unit di utara Papua milik AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement